Resuffle Kabinet, Untuk Kepentingan Bangsa atau Kepentingan Politik?

Tony Rosyid

Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

 

Santer terdengar adanya wacana resuffle kabinet. Kabarnya hari ini, rabu pahing tanggal 15 Juni. Bocorannya PAN akan dapat jatah satu menteri karena selama ini dianggap menunjukkan loyalitasnya ke presiden. Sementara Nasdem kabarnya kehilangan kursi di kabinet. Diduga Nasdem kurang patuh pada Jokowi dan mau usung Anies Baswedan. Selain Nasdem, PKB juga dianggap telah mbalela dan banyak bermanuver, sehingga akan dikurangi jatah menterinya.  Benarkah? Kita buktikan isu yang beredar ini.

Biasa, setiap akan terjadi resuffle kabinet, isunya liar dan kemana-mana. Meski kadang benar, karena adanya bocoran. Terutama di era medsos seperti sekarang ini. Nama-nama yang beredar dan viral untuk calon anggota KPU beberapa waktu lalu saja bisa benar dan persis sama. Gak ada yang beda dengan yang personil yang ditetapkan dan dilantik. Apa ini berlaku juga untuk nama-nama yang akan duduk di kabinet?

Resuffle itu hal biasa. Kapan saja, Presiden bisa melakukan resuffle kabinet. Itu hak presiden. Ada dua alasan Presiden meresuffle kabinet. Pertama alasan pragmatis. Kedua, alasan idealis.

Alasan pragmatisnya ada tiga. Pertama, untuk menambah kekuatan dan dukungan politik. Ini biasanya diambil dari kader partai atau ormas. Kedua, untuk mengakomodir orang-orang yang loyal kepada presiden. Di akhir periode, biasanya Presiden memberi peluang kepada mereka yang punya jasa besar dan penting terhadap kepentingan dan kinerja Presiden. Diantara peluang itu adalah duduk di kabinet. Ketiga, untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap tidak loyal kepada presiden. Yang tidak loyal itu bisa menterinya, bisa juga orang/institusi/partai yang merekomendasikannya.