Tere Liye: Ibu Kota Baru, “Happy”

*Tere Liye, penulis novel ‘Negeri Para Bedebah’*

 

Saya terus-terang, happy sekali jika ibu kota pindah detik ini juga, sekaligus, semua orang yg setuju, presiden, menteri, anggota DPR, aparat, birokrat, buzzer, pendukung, dkk, dll.

*PINDAH SANA!*  Bersama keluarga mereka.

Itu artinya, Jakarta akan berkurang banyak orangnya. Jalanan jadi lumayan lengang. Kebutuhan air bersih berkurang, listrik berkurang. Wah, asyik.

Itu teh cuma istilah ‘ibu kota’ doang. Australia, ibu kotanya Canberra, apakah orang2 di Sydney, Melbourne jadi berkurang levelnya? Amerika Serikat, ibu kotanya Washington DC, lantas apakah kota2 seperti New York, Los Angeles, dll jadi turun derajatnya?

Malaysia punya ibu kota baru Putra Jaya, well, sorry, banyak turis pergi ke Malaysia, bahkan tidak merasa perlu memasukkan Putra Jaya sebagai tujuan, hanya karena lokasinya sekalian lewat dari bandara menuju Kuala Lumpur, akhirnya singgah. Tapi mau lihat apa di sana?

Akan sangat menyenangkan, bagi pejabat2 Jakarta, penduduk Jakarta, setelah ibu kota benar2 pindah bersama semua orang2nya. Yes! Beban kota Jakarta berkurang.

Nah, yang membuat masalah ini jadi tidak menyenangkan adalah:

1. Indonesia itu miskin. Utang nambah 2-3 trilyun tiap hari. Setiap kalian bangun pagi2, itu posisi utang kita sudah nambah 3.000.000.000.000. Berhentilah halu bilang Indonesia itu kaya. Kalau betulan kaya, utang nggak akan meroket 4.000 trilyun 7 tahun terakhir. Indonesia itu miskin, tapi bergaya, suka pamer pulak.

2. Sudah miskin, koruptor di mana2. Bangun jembatan, amblas. Bangun terminal2, sepi jadi tempat hantu. Bangun bandara, sepi. Bangun irigasi, jalan, dll, dsbgnya, sudah mahal biayanya, apakah semuanya bermanfaat? Di negeri ini, bahkan bansos saja dikorup. Setan saja malu lihatnya.

3. Kombinasikan poin 1 dan 2. Bayangkan, ada tetangga kalian, miskin, anak2nya maling, eh maksa pengin punya rumah baru. Dan apesnya, besok2 yg bayar itu utang tetangganya.

4. Ibu kota baru ini hanyalah ambisi kelompok tertentu. Negara ini masih demokrasi bukan? Nah, kalau kamu memang yakin sekali pemindahan ini keinginan seluruh rakyat, coba sabar, tahan dulu, pas pilpres 2024 bikin referendum. Itu ibukota bareng2 loh, maka putuskan bareng2. Tapi mereka tdk akan pernah mau begitu. Maksa! Sama seperti UU KPK, UU Cipta Kerja, UU BRIN, semua dikebut dalam ‘semalam’. Sepihak.

5. Dengan seseorang/sekelompok orang mengotot sekali, didukung elit oligarki di sekitarnya, jadilah ini cuma PROYEK!. Apa arti proyek? Simpel, artinya cuan. Tapi dibungkus seolah Jakarta akan tenggelam. Dibungkus biar Indonesia timur maju, dll, dsbgnya. Dibungkus dgn argumen seolah mulia.

6. Seriusan, Kawan. Bahkan 10 tahun dari sekarang, saat ibu kota ini benar2 jadi, apakah orang2 yg semangat sekali mindahin ibu kota nanti benar2 tinggal di sana? Ehem! Tidak juga. Mereka tetap tinggal di Jakarta. Keluarga mereka tetap di Jakarta. Sudah banyak contohnya. Lihat ribuan aparat di negeri ini, tinggalnya di ibukota provinsi, kerjanya di kota kabupaten, mereka cuma datang, bolak-balik.

Jadilah bolak-balik Jakarta – ibu kota baru. Dan itu semua ehem, jangan2, diam2 diklaim jadi perdin, alias perjalanan dinas. Biaya nambah, beban anggaran bertambah, dll, dsbgnya.

Well, kamu mengotot sekali pengin pindah ke ibu kota negara baru?

Ayo, silahkan duluan. YES! Saya akan happy sekali melihat kalian pindah dan menetap di sana.