Waspada! Ada Drama Memancing Reaksi Publik dalam Video Blunder Ahok yang Lecehkan Islam

ahokEramuslim.com – Video Ahok yang menyebut bahwa publik telah dibohongi dan dibodohi oleh ayat suci Quran semakin tak terbendung penyebarannya.

Video singkat, yang merupakan cuplikan dari video tatap muka Ahok di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu, berhasil memunculkan sisi dzalim Ahok. Dengan berapi-api Ahok menuding bahwa ada pembodohan yang menggunakan ayat kitab suci Quran, agar dirinya tak dipilih sebagai Gubernur dalam pilgub DKI 2017 mendatang.

Sontak, umat Islam pun bereaksi keras. Mereka segera membuat petisi kepada Ahok.

Ada banyak hal menarik untuk diungkap terkait video tersebut.

Jika video tersebut SUNGGUH-SUNGGUH merupakan video candid (video yang proses perekamannya dilakukan tanpa sepengetahuan narasumber), maka Ahok benar-benar sudah melakukan kesalahan fatal yang aneh.

Ya, aneh. Karena sebagai seorang politisi yang licin, ucapan Ahok kerap lepas kontrol, namun tak pernah lepas intensi. Artinya, semua ucapan kasar tersebut dilakukan on purpose, memiliki unsur kesengajaan.

Apa unsur kesengajaan dalam video ini? Ahok jelas ingin memancing respon dan reaksi publik. Sekaligus membuat atensi publik yang selama sepekan belakangan terfokus pada pasangan Agus-Sylviana dan Anies – Sandi, kembali terfokus pada Ahok dan ulahnya.

Jika video ini merupakan drama yang sudah diatur dan disutradarai dengan baik, apa tujuan Ahok?

Mari lihat, apa reaksi publik? Membuat petisi online? Melalui angka respon pada petisi, Ahok bisa menakar seberapa kuat perlawanan umat Islam kepadanya. Jangan lupa, Ahok memiliki tim teknologi informasi yang sangat mumpuni. Peta kekuatan perlawanan umat Islam akan sangat mudah dibaca bila umat reaktif dan menari dalam pukulan gendang yang ditabuh Ahok dan tim nya.

Yang tak kalah menarik adalah membaca respon para pendukung Ahok, yang beberapa dari mereka, malu-malu dan enggan disebut sebagai Ahoker.

Sesaat setelah video tersebut menjadi viral, beberapa dari mereka memilih diam dan membisu sambil menanti komando dari tim sosial media pendukung Ahok.

Tak lama kemudian, muncul akun-akun yang menjadi “panglima perang” di media sosial. Akun-akun tersebut membuat beberapa serangan ke pasangan calon gubernur dan wakil gubernur lain.

Mereka sadar bahwa akun-akun pendukung Ahok pasti akan menjadi sasaran tembak dalam blunder yang dibuat Ahok. Sengaja atau tidak sengaja.

Dan momen ini digunakan dengan baik untuk menjatuhkan pihak lawan dengan ejekan-ejekan low rate dan sekaligus mempromosikan kegiatan petahana. Seburuk apapun program itu, bila diinformasikan terus menerus akan menjadi sebuah input bagi publik.

Puas mengejek, menjatuhkan dan menjual program, barulah mereka memberikan klarifikasi, bantahan atas blunder Ahok, dengan mengunggah sebuah video yang berisi percakapan Ahok secara lengkap. Tak lupa menyelipkan pesan agar tidak “memojokkan Ahok” dengan isu SARA.

Sebuah drama yang sempurna.

Semoga catatan ini membuat publik tak lagi mudah reaktif terhadap pancingan isu SARA yang dinyalakan oleh petahana.

Janganlah menari dan berjoget dalam rampak irama gendang yang mereka tabuh.(ts/ppy)