Abbas: Tidak Akan Ada Lagi Perlawanan Bersenjata Menentang Israel

Presiden Tunisia Fuad Mebazaa dan Mahmoud Abbas Presiden Palestina mengatakan Rabu kemarin (20/4) bahwa ia menentang pemberontakan bersenjata lainnya menentang Israel, bahkan jika upaya perdamaian gagal pada akhir tahun ini.

Mahmoud Abbas mengatakan kepada wartawan di Tunisia bahwa ia tetap berkomitmen untuk target perdamaian yang didukung AS demi mencapai kesepakatan damai yang dinegosiasikan dengan Israel pada bulan September mendatang.

Tetapi dengan pembicaraan terhenti selama berbulan-bulan, ia mengulangi rencananya untuk secara sepihak mencari dukungan PBB atas kemerdekaan Palestina dengan tidak adanya kesepakatan tersebut.

Abbas mengatakan ia akan berpaling kepada Majelis Umum PBB, di mana dia mengatakan dia mengharapkan sekitar 140 negara akan memilih mendukung sebuah negara Palestina yang independen.

Pada konferensi pers sebelum menuju ke Perancis, Abbas mengatakan bahwa Palestina tidak akan secara sepihak memproklamirkan negara.

"Kami ingin hal ini terjadi sesuai dengan kemauan Israel serta dalam rangka Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata pemimpin Palestina tersebut.

Abbas berkata apapun yang terjadi, ia tidak menganggap kekerasan sebagai pilihan. "Saya tidak akan menerima sebuah pemberontakan militer ketiga," katanya, mencatat bahwa pemberontakan bersenjata terakhir melawan Israel "Hal ini telah menjadi bencana bagi kami."

Abbas mengatakan ia masih mendukung "perlawanan rakyat" – atau demonstrasi – menentang pendudukan Israel di Tepi Barat. Israel mengatakan demonstrasi lebih sering berubah menjadi aksi kekerasan, dan banyak aktivis yang secara sporadis terluka, atau bahkan terbunuh, dalam bentrokan dengan pasukan Israel.

"Kami memiliki perlawanan rakyat," katanya. "Tapi untuk mengatakan bahwa Anda ingin memegang senjata atau pistol untuk melawan Israel, maka maafkan saya, saya tidak akan mengizinkan hal itu selama saya menjadi presiden."

Abbas menyerukan masyarakat internasional, khususnya di Washington, untuk menekan Israel untuk memulai kembali perundingan, mengatakan bahwa "jika Israel menunjukkan kesediaan serius untuk bernegosiasi, maka kami ingin mencapai adanya solusi." (fq/ap)