Aljazeera Ungkap Perjanjian Rahasia Sisi-Zionis Israel Usir Warga Palestina ke Semenanjung Sinai

Eramuslim ā€“ Pengamat dan ahli permasalahan Zionis Israel, Sholih Annaimi mengungkapkan adanya kesepakatan rahasia antara rzim kudeta Sisi dengan Zionis Israel untuk menjadikan wilayah Semenanjung Sinai sebagai kawasan penampungan untuk warga Palestina yang di usir.

Perjanjian gelap dengan nama ā€œShafqatil Qornā€ ini berisi kesedian rezim kudeta Sisi untuk menjadikan Semenanjung Sinai sebagai wilayah penampungan untuk warga Palestina yang di usir dari kota Al Quds dan Jalur Gaza. Nantinya kota Al Quds akan dikosongkan bagi warga Palestina dan dikuasai Zionis Israel.

ā€œIni alasan kenapa warga Sinai saat ini digusur Firā€™aun Sisi. Dan model terbarunya adalah dengan serangan teroris pada pelaksanaan Shalat Jumat di Masjid Al Raudah Sinai pekan lalu yang menewaskan lebih dari 305 orang,ā€ ujar Sholih Annaimi.

Sholih Annaimi menjelaskan bahwa dengan alasan memerangi terorisme, Sisi akan mengosongkan Semenajung Sinai, dan penduduknya dipaksa pindah.

Presenter Aljazeera : ide tentang ā€œShafqotil Qarnā€ pada dasarnya bukanlah ide Israel. beberapa sumber mengatakan bahwa ide tersebut datang dari beberapa negara Aran yang ingin membangun hubungan baik dengan Zionis. Apakah Anda setuju dengan kabar ini?

Sholih Annaimi: Saya tidak ingin menganalisa itu, tapi saya ingin menyampaikan informasi yang beredar di Israel bahwa yang pertama mengemukakan ide tentang pendirian negara Palestina di Utara Sinai adalah Abdul Fattah Al-Sisi. Ini informasi dari Kementerian Dalam Negeri Israel. Al-Sisi menyampaikan ide tersebut ketika menghubungi Benyamin Netanyahu.

Presenter : Seperti yang disiarkan media-media Israel bahwa ide ā€œShafqotil Qarnā€ dan menjadikan Sinai sebagai penampungan penduduk Gaza datang dari As-Sisi?

Sholih Annaimi : Ya. Kabar ini sudah beredar di kalangan wartawan politik di pusat penerangan militer Israel dan juga dibahas oleh Netanyahu dengan Trump dalam kunjungan yang terakhir ke Washington, bahwa ide tersebut awalnya dikemukakan Abdul Fattah Sisi. (PI/Ram)

Berikut videonya menggunakan bahasa Arab: