Apa Yang Didapat Arafat Dari Israel?


Di Palestina, Yasser arafat memang telah selesai. Dengan Israel, ia juga hanya cerita lalu. Apa sesungguhnya yang dicapai Arafat selama menjadi pemimpin PLO?

Pada tahun 1969, Arafat ditunjuk menjadi pimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menggantikan Yahya Hammudah. Di tangan Arafat, PLO mengalami perubahan khittah perjuangannya; dari perlawanan bersenjata ke cara-cara damai. Tidak heran jika sejak saat itu, Palestina bisa dikatakan melempem.

Perubahan sikap Arafat itu secara kongkrit dituangkan dalam keputusan yang diambil pada bulan November 1988 yang menerima Resolusi PBB no.181 yang mengakui partisi wilayah Palestina dalam dua wilayah untuk bangsa Palestina dan Yahudi. Kebijakan ini diteruskan dalam negosiasi Madrid, Kesepakatan Oslo atau Gaza-Jericho First yang secara ofisial ditandatangani di Washington, 13 September 1993. Konon, resolusi dan negosiasi inilah yang membuat Yahudi bersikeras menegakkan negara Israel di tanah Palestina.

Dalam kesepakatan Gaza-Jericho, elit PLO menyatakan telah mengakui eksistensi hak entitas Zionis, membenarkan legitimasi pendudukan dan kepemilikan 77% tanah Palestina oleh Israel, menghentikan Intifadhah bersenjata, menghapus klausul-klausul dalam Piagam Nasional yang menyerukan pembebasan seluruh bumi Palestina dan menghancurkan entitas Zionis serta berjanji untuk menyelesaikan segala persoalan yang muncul kemudian dengan cara-cara damai.

Dengan semua itu, PLO sebaliknya mendapatkan pengakuan dari Israel sebagai satu-satunya representasi rakyat Palestina, mendapatkan kekuasaan otonom-terbatas terutama di Tepi Barat hingga isu-isu sentral tentang konflik dapat diselesaikan dalam kurun waktu lima tahun (1998).

Namun apa yang terjadi, sampai detik kematian Arafat, OP hanya mendapatkan 17% dari wilayah Tepi Barat (sekitar 1000 km2)? Komitmen Arafat terhadap kesepakatan Oslo terus dilakukannya dengan berbagai cara, menangkapi para aktifis Intifadhah seperti yang terjadi di tahun 1996 dan bahkan di tahun 2004 tidak kurang dari 35 rencana operasi bom syahid berhasil digagalkan oleh pihak keamanan OP. Namun apa yang didapat oleh Arafat dari Israel? Ia justeru dijatuhi larangan keluar dari Muqata, bahkan hembusan kabar yang menyatakan bahwa Arafat diracun sudah lama mengemuka.

Sampai saat ini, kontroversi penyebab kematian Arafat masih terus diselidiki. Dan ini menjadi tuntutan Brigade Syahid Yasir Arafat (Brigade Syuhada Aqsha) kepada para elit politik OP beberpa tahun lalu, terutama sekitar dugaan racun yang menjadi penyebab kematian “sang pahlawan.” Menurut Hamas, Israel berada di belakang kematian Arafat. Terlepas dari benar atau tidaknya "tudingan" Hamas tersebut, yang jelas niat sang pahlawan legendaris ini untuk dikuburkan di Jerusalem Timur—yang ‘dijanjikan’ akan menjadi ibukota Palestina masa depan—pun telah ditolak mentah-mentah oleh Ariel Sharon, perdana menteri Israel ketika itu.

Seharusnya, Mahmoud Abbas, suksesor Arafat sekarang ini yang mendekati usia senja kala, baik secara politis maupun jatah umurnya sendiri, bisa memetik pelajaran penting dari kegagalan total Arafat terhadap Palestina. (sa/sks)