Dua Pertiga Warga Palestina Sudah Tidak Percaya Solusi 2 Negara

Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu and his wife Sara speak to Palestinian President Mahmoud Abbas (L) during the funeral of former Israeli President Shimon Peres in Jerusalem September 30, 2016.  Amos Ben Gershom/Government Press Office (GPO)/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS. FOR EDITORIAL USE ONLY.
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu and his wife Sara speak to Palestinian President Mahmoud Abbas (L) during the funeral of former Israeli President Shimon Peres in Jerusalem September 30, 2016. Amos Ben Gershom/Government Press Office (GPO)/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS – THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS. FOR EDITORIAL USE ONLY.

Eramuslim – Hasil jajak pendapat yang dikeluarkan Pusat Palestina untuk Kebijakan dan Riset baru-baru ini menunjukan bahwa 2/3 warga Palestina sudah tidak percaya dengan solusi 2 negara untuk mengakhiri konflik Palestina-Zionis Israel.

Dalam hasil survei yang dirilis pada hari Selasa (13/12) kemarin, Pusat Palestina untuk Kebijakan dan Riset menyatakan bahwa warga yang telah kehilangan kepercayaan dengan upaya solusi 2 negara naik menjadi 65% di bulan Desember dari sebelumnya 56% di bulan September.

Pusat Palestina untuk Kebijakan dan Riset memprediksi pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat dan Al Quds, serta pelanggaran HAM menjadi penyebab utama mengenai solusi akhir konflik Palestina-Zionis Israel dengan jalan damai.

Survei Pusat Palestina untuk Kebijakan dan Riset dilakukan terhadap 1270 warga Palestina di wilayah Tepi Barat dengan margin of error 3%.

Perlu diketahui bahwa semakin besar ketidak percayaan masyarakat Palestina terhadap perjanjian dan solusi damai 2 negara menjadikan pilihan perlawanan menggunakan senjata sebagai cara terbaik mengusir penjajah Zionis Israel. (Skynewsarabia/Ram)