Israel Paksa 40.000 Warga Palestina Mengungsi dari Tepi Barat, Kerahkan Tank untuk Pertama Kali dalam 20 Tahun

eramuslim.com – Pasukan pendudukan Israel telah memaksa 40.000 warga Palestina meninggalkan kamp-kamp pengungsi di provinsi Jenin dan Tulkarm, Tepi Barat, serta melarang mereka kembali ke rumah mereka.

Menurut laporan Anadolu Agency, Israel juga mengerahkan tank-tank di Tepi Barat untuk pertama kalinya dalam 20 tahun sebagai bagian dari eskalasi militernya di wilayah Palestina.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Minggu menyatakan bahwa tentara akan tetap berada di kamp-kamp pengungsi Palestina selama satu tahun ke depan untuk mencegah para penduduk kembali.

“Tentara Israel memperluas operasinya di Tepi Barat utara, dan mulai malam ini, mereka juga akan beroperasi di kota Qabatiya,” kata Katz, seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO) pada Senin (24/2/2025).

Ia juga mengungkapkan bahwa 40.000 warga Palestina telah “dievakuasi” dari kamp-kamp pengungsi Jenin, Tulkarm, dan Nur Shams—sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut pemindahan paksa yang dilakukan dengan todongan senjata.

“Aktivitas UNRWA di kamp-kamp tersebut juga telah dihentikan,” tambahnya.

“Saya menginstruksikan [tentara] untuk mempersiapkan diri tinggal lama di kamp-kamp yang telah dibersihkan, untuk tahun mendatang, dan tidak mengizinkan penduduk untuk kembali.”

Sementara itu, kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan bahwa tentara Israel memberlakukan jam malam selama dua hari di Qabatiya. Gubernur Jenin, Kamal Abu Al-Rub, menyatakan bahwa pasukan pendudukan telah memulai operasi militer di kota tersebut dan menetapkan jam malam selama 48 jam sejak pagi hari.

Wali Kota Qabatiya, Ahmad Zakarneh, menambahkan bahwa pasukan Israel melarang siapa pun untuk masuk atau keluar dari kota.

“Buldoser militer terus menghancurkan jalan-jalan dan infrastruktur sementara pasukan tentara dikerahkan di tengah penggerebekan rumah-rumah, dengan beberapa diubah menjadi barak militer,” ujarnya.

Awal bulan ini, UNRWA memperingatkan bahwa operasi militer Israel telah menyebabkan banyak kamp pengungsi di Tepi Barat utara menjadi kosong. Mereka juga mencatat bahwa pemindahan paksa terhadap keluarga-keluarga Palestina meningkat secara drastis.

“Pemindahan paksa di Tepi Barat yang diduduki adalah hasil dari lingkungan yang semakin berbahaya dan koersif,” ungkap UNRWA.

Badan PBB tersebut menjelaskan bahwa “penggunaan serangan udara, buldoser lapis baja, peledakan terkendali, dan persenjataan canggih oleh Pasukan Israel telah menjadi hal yang biasa, sebagai dampak dari perang di Gaza.”

Menurut UNRWA, operasi militer yang terus berulang telah membuat kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat utara tidak layak huni, menyebabkan penduduknya mengalami pemindahan berulang-ulang.

Tahun lalu, lebih dari 60% pemindahan paksa di wilayah tersebut disebabkan oleh operasi militer Israel. UNRWA melaporkan bahwa sejak bulan lalu, tentara Israel telah melakukan serangan militer di Tepi Barat utara, yang mengakibatkan sedikitnya 60 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya mengungsi.

Serangan ini menjadi bagian dari eskalasi militer Israel yang masih berlangsung di Tepi Barat. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sejak dimulainya serangan terhadap Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, setidaknya 923 warga Palestina telah tewas dan hampir 7.000 orang terluka akibat serangan tentara Israel dan pemukim ilegal.

Mahkamah Internasional pada Juli lalu telah menyatakan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina yang telah berlangsung lama adalah ilegal, serta menuntut agar semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur segera dievakuasi.

(Sumber selengkapnya: Cnbcindonesia)

Beri Komentar