Kekurangan Bahan Bakar, Gaza Kembali Gelap Gulita

Pembangkit listrik satu-satunya di Jalur Gaza yang di blokade, ditutup pada hari Jumat kemarin (9/4) karena kehabisan bahan bakar, otoritas Palestina di Gaza dan Israel saling menyalahkan akibat padamnya listrik di Gaza.

"Pembangkit listrik dimatikan sepenuhnya pagi ini sebagai akibat dari kekurangan bahan bakar yang disebabkan oleh blokade Israel," kata Kanaan Ubaid, asisten direktur otoritas listrik Gaza, mengacu pada blokade Israel di Gaza sejak tahun 2007 yang diambil alih gerakan Islam Hamas Islam.

Kanaan Ubaid mengatakan semua generator dari empat generator di fasilitas listrik itu tidak lagi berfungsi karena kurangnya persediaan bahan bakar dari yang biasanya bahan bakar mencukupi untuk 2.200 unit per hari menjadi 750 unit. "Ini tidak cukup untuk menjalankan generator bahkan untuk satu generatorpun," kata Ubeid.

Industri diesel berbahan bakar solar yang diperlukan untuk menjalankan pembangkit listrik – yang memasok sekitar 25 persen energi Gaza – datang melalui terminal bahan bakar yang dikontrol Israel, dengan Israel menerapkan pengaturan kuota impor.

Impor bahan bakar telah menurun sejak November lalu saat Komisi Eropa mengalihkan tanggung jawab untuk membeli bahan bakar bagi Otorita Palestina, setelah program bantuan telah kedaluwarsa.

Militer Israel berusaha ngeles dengan mengatakan bahwa Palestina telah berhenti membeli bahan bakar dalam beberapa hari terakhir setelah Hamas gagal membayar biaya pembelian bahan bakar.

"Tidak ada keterlibatan Israel, jika mereka membeli bahan bakar kami akan membiarkannya seperti yang kami lakukan setiap hari," kata Guy Inbar, juru bicara penghubung militer Israel ke Gaza.

Pasokan bahan bakar yang sangat rendah dalam beberapa minggu terakhir, sebagian karena tidak adanya pengiriman selama dua hari selama liburan Paskah yahudi baru-baru ini.

Hanya 550.200 liter yang dikirim minggu ini, dan 721.660 liter minggu sebelum itu, dibandingkan dengan 3,5 juta liter normal keperluan untuk seminggu untuk mengoperasikan pabrik, menurut kelompok bantuan OXFAM.

Israel memasok sekitar 70 persen dari daya Gaza dan Mesir menyediakan lima persen, dengan sisanya berasal dari pembangkit listrik tertutup.

Sejak 3 Maret, fasilitas listrik Gaza memproduksi hanya 30 megawatt listrik, atau 38 persen dari kapasitas yang telah penuh.

Hal ini telah menyebabkan pemadaman delapan sampai 12 jam sehari di bagian wilayah miskin Gaza, yang mempengaruhi penyediaan layanan penting, termasuk pasokan air, perawatan medis dan pembuangan limbah, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan. (fq/aby/prtv)