Kisah Hamza, Hacker Penjebol Bank AS Triliunan Rupiah untuk Bantu Palestina

Dengan keputusan terakhir ini, AS telah menjadi negara pertama yang menerima pemukiman Yahudi yang dibangun di wilayah Palestina yang diduduki.

Ini akan mendorong Israel untuk mencaplok permukiman Yahudi di Tepi Barat.

Langkah A.S. juga melanggar resolusi PBB tentang Palestina.

Palestina memang terus terusir dari wilayahnya sendiri bahkan rakyatnya berjuang untuk mendapat tanahnya yang telah ia miliki.

Perjuangan rakyat palestina ini mengingatkan sosok Robin Hood yang membantu Palestina dengan cara hack Bank Amerika.

Siapa sosok tersebut?

Ia adalah Hamza Bedelladj yang merupakan seorang hacker terkenal asal Aljazair.

Al Jazeera menyebutnya sebagai sosok Robin Hood-nya Palestina.

Hal tersebut karena pria asal Aljazair ini mencuri dengan otaknya yang brilian dan membagikan hasilnya untuk rakyat Palestina yang menjadi korban zionisme.

Hamza (27), seorang lulusan Ilmu Komputer asal Aljazair, akan mendapat vonis dari pengadilan Amerika Serikat, Selasa (26/11/2019) mendatang.

Sekitar 10 tahun lalu, dia menanam virus komputer, untuk memeras uang dari sektar 200 bank dan perusahaa terkemuka di Amerika Serikat.

Dari aksinya itu, Hamza menyumbang uang miliaran rupiah untuk rakyat Palestina.

Hamza dikenal sebagai pencipta virus Trojan bernama SpyEye.

Virus ini sangat ganas, dan dirancang untuk melumpuhkan sistem IT perbankan.

Virus ini mencapai puncak popularitas pada rentang 2009 – 2011.

Dalam laporan Majalah Wired, diyakini, Hamza sukses melumpuhkan sebanyak 1,4 juta komputer di Amerika Serikat.

Pada Selasa mendatang, Hamza, pria asal Tizi Ouzou di Aljazair, akan menerima vonis dari Pengadilan Georgia, Amerika Serikat.

Sebelumnya, dia dinyatakan bersalah oleh hakim, dan menurut UU setempat, Hamza terancam hukuman pejara lebih dari 65 taun dan denda sebesar 14 juta dolar AS.

Lika-liku Hamza sebagai Robin Hood-nya Palestina, berakhir di Thailand.

Ia dtangkap di sana, dan pihak berwenang Thailand mengekstradisi Hamza ke Amerika pada 2013.

Butuh 2 tahun untuk menangkap Hamza, yang di dunia hacker, dikenal dengan nama alias Bx1.

Hamza pun sering dijuluki sebagai ‘Happy Hacker’

Itu karena setiap kali difoto wartawan, dia selalu tersenyum.

Hamza seakan tak peduli bila dia tersangkut masalah hukum serius di Amerika.

Dia seakan bangga, meski akan dijatuhi hukuman pejara hingga 65 tahun.

Pandai Menyamar

Hamza tertangkap karena terjebak dalam perangkap.

Persis seperti kisah film Mission : Impossible, seorang agen rahasia Amerika, menyamar sebagai pembeli virus komputer yang diciptakan Hamza.

Virus itu dijual Hamza seharga Rp 119 juta.

Hamza teledor, hingga akhirnya percaya pada sang agen Amerika itu.

Bagi penegak hukum di Amerika, Hamza tidak saja dinyatakan bersalah mencuri uang dari sejumlah bank melalui virus ciptaannya.

Tapi, dia juga menjual virus itu ke sejumlah pejahat cyber di penjuru dunia.

Antara 2009 dan 2011, Hamza ditangkap karena menjual banyak identitas nasabah bank.

Di antara yang dijual hamza adalah password, username, dan informasi kartu kredit nasabah bank di Amerika Serikat.

Jelang jatuhnya vonis untuk hamza, beredar kabar soal hukuman mati yang akan diterima Hamza.

Adanya sentimen politik untuk Palestina, menjadi bensin rumor yang terus menyala ini.

Informasi itu berkembang luas di kalangan hacker lewat media sosial.

“Sang pahlawan Aljazair tak diragukan sebagai hacker paling berbahaya. Dia meretas 217 bank, mengirim Rp 3,3 triliun ke Palestina. Hukumanya? Mati,” tulis pengguna Twitter berakun @Hassan_JBr

Lantas apakah yang dilakukan oleh Hamza ini merupakan sesuatu yang baik karena telah menolong banyak orang yang ditindas?

Jawaban tersebut pasti akan menimbulkan pro dan kontra yang tak ada habisnya. [tw]