Mossad Bunuh Pemimpin Jihad Islam Palestina di Libanon

Di tengah-tengah kondisi sulit yang dialami bangsa Palestina, juga setelah aksi pembantaian di Ramallah, Rabu (24/05) yang mengakibatkan 5 orang warga Palestina gugur, Israel terus melancarkan operasi pembunuhan terhadap para pemimpin perlawanan Palestina. Kali ini yang menjadi korban adalah pemimpin gerakan Jihad Islam, Mahmud al-Majdzub dan saudaranya, dalam operasi pembunuhan yang ditengarai dilancarkan oleh dinas intelijen luar negeri Israel Mossad.

Sumber-sumber medis menyebutkan, Mahmud al-Majdzub dan saudaranya gugur setelah mobil yang dikendarai meledak oleh bom yang dipasang di bagian bawahnya, di selatan Libanon, Jum’at (26/05). Sementara itu sumber kepolisian Libanon mengatakan, mobil yang dikendarai pemimpin Jihad Islam dan saudaranya tersebut meledak dalam perjalanan menuju masjid untuk menunaikan shalat Jum’at.

Abu Imad Rifa’i, pejabat Jihad Islam di Beirut dalam pernyataan khusus kepada kantor berita aljazeera mengatakan Mossad berdiri di belakang operasi pembunuhan salah seorang pemimpinya kali ini. Dia menambahkan, informasi yang diperoleh dinas keamanan Libanon dan gerakan Jihad Islam menegaskan bahwa dalam beberapa waktu terakhir ini Mossad telah memasukan sejumlah orang yang memiliki nama Barat untuk melakukan operasi di negara tersebut.

Pejabat Jihad Islam ini kembali menegaskan bahwa ledakan ini meninggalkan sidik jari Israel. Menurutnya Israel tengah gencar melancarkan perburuan terhadap para tokoh perlawanan Palestina di yang ada di luar yang dikenal memiliki sejarah perlawanan menentang penjajah Zionis Israel.

Atas kejadian ini, pemimpin gerakan Jihad Islam di Beirut – Libanon mengecam Israel akan melakukan serangan balasan. Menurutnya Israel telah melampaui garis merah karena telah melakukan operasi pembunuhan terhadap para pemimpin perlawanan Palestina yang ada di luar wilayah Palestina.

Menurutnya, ledakan ini bukanlah percobaan pembunuhan pertama yang dialami Majdzub. Sebelumnya, pada tahun 1996 percobaan pembunuhan yang sama pernah dilakukan Israel hingga mengakibatkan sejumlah anaknya terluka tanpa menimbulkan korban yang meninggal. (was/aljzr)