Netanyahu Menuntut Palestina Mengakui Eksistensi Negara Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan mau membahas tentang pembentukan negara Palestina, tapi dengan syarat rakyat Palestina harus lebih dulu mengakui eksistensi negara Israel.

Netanyahu menegaskan hal tersebut pada utusan khusus AS untuk Timur Tengah, George Mitchell yang sedang dalam kunjungannya ke Israel dan Palestina, seperti diungkapkan oleh seorang pejabat senior kantor perdana Menteri Israel.

"Israel mensyaratkan Palestina terlebih dulu mengakui eksistensi negara Israel sebelum bicara soal solusi dua negara yang akan mengarah pada deklarasi negara Palestina merdeka," kata pejabat tadi.

Pejabat kantor perdana menteri Israel lainnya mengungkapkan, dalam pertemuan dengan Mitchell, Netanyahu juga mengungkapkan kekhawatirannya suatu saat Hamas akan menduduki Tepi Barat, seperti Hamas menduduki Gaza sejak tahun 2007. Netanyahu tidak mau Israel mengulangi kesalahan yang sama, ketika Israel menarik diri dari wilayah pendudukan di Palestina tapi kemudian wilayah itu dikuasai kelompok yang oleh Netanyahu disebut kelompok ekstrimis Palestina.

Netanyahu belum secara tegas mengungkapkan kebijakannya dalam upaya perdamaian Israel-Palestina. Ia hanya mengatakan bersedia berdialog dengan otoritas pemerintahan Palestina pimpinan Mahmoud Abbas terkait masalah perekonomian saja dan menolak menyinggung proses perdamaian dan solusi dua negara.

Sementara tujuan Mitchell ke Israel, adalah untuk memastikan bagaiman sebenarnya posisi Israel dibawah pemerintahan baru Netanyahu terhadap kelanjutan negosiasi dengan Suriah dan Palestina. Kedatangan Mitchell juga menegaskan pada Israel tentang dukungan AS terhadap solusi dua negara guna mengakhiri konflik Israel-Palestina.

Pihak Palestina belum secara resmi menanggapi syarat yang diminta Israel. Tapi surat kabar Al-Ayyam milik otoritas Palestina mengutip keterangan sejumlah pejabat pemerintahaan Abbas menyatakan bahwa Presiden Abbas akan meminta Mitchell menekan Israel agar mau menerima konsep solusi dua negara. Palestina juga meminta Israel untuk bersedia membahas berbagai aspek yang akan menghasilkan keputusan final bahwa negara Palestina harus dideklarasikan dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.

Palestina juga akan mendesak Israel agar menghentikan penggusuran rumah-rumah milik warga Palestina di Yerusalem Timur dan menghentikan pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat.

Di tengah kunjungan Micthell ke Israel, angkatan udara Zionis hari Kamis malam membom sebuah rumah di Dir Al-Balah, Gaza Tengah. Akibat serangan bom Zionis, rumah milik Hasan Abu Saffiya itu rata dengan tanah.

Sumber medis di Gaza mengatakan, tidak ada korban dalam insiden itu karena saat kejadian rumah dalam keadaan kosong. Namun serangan udara Israel hari Kamis malam, membuat warga Gaza panik, khawatir Israel mengulangi agresi brutalnya seperti bulan Januari kemarin. (ln/IMEMC)