Pakar Politik Palestina: Ide Percepatan Pemilu, Rawan Picu Perang Saudara

Hamas terus menghadapi ragam persoalan. Tapi Ismail Haniyah, PM Palestina, tetap bertekad untuk melanjutkan upaya membuka blokade Israel melalui kunjungan ke berbagai negara. Saat ini ia tengah bersiap berangkat ke Sudan, setelah menyelesaikan kunjungannya ke Teheran.

Sejumlah pengamat politik Palestina melihat bahwa kunjungan Haniyah ke berbagai Negara Arab dan Islam telah memunculkan hasil dukungan dana yang bisa meringankan problematika Palestina akibat blokade Israel. Upaya ini bila berkelanjutan akan kian mengokohkan peran pemerintahan bentukan Hamas di Palestina.

Tapi bersamaan dengan kunjungan luar negeri yang dilakukan Haniyah, Presiden Palestina Mahmud Abbas melontarkan ide percepatan pemilu legislatif dan pemilu presiden. Ide ini, menurut sejumlah pengamat, dilontarkan tentu saja untuk semakin menekan kredibilitas pemerintahan Palestina yang dipimpin Hamas. Terlebih lagi, boleh dikatakan sejauh ini upaya bertubi-tubi untuk menggulingkan Hamas dari tampuk pemerintahan Palestina tak kunjung berhasil. Karenanya, tak ada ide lain untuk dilakukan kecuali menyelenggarakan pemilu yang lebih cepat dari jadwal semula. Diduga, Abbas akan me-launching ide percepatan pemilu ini pada hari Sabtu depan (16/12).

Ancaman Perang Saudara

Sejumlah pengamat memandang bahwa pernyataan Abbas kelak soal percepatan pemilu legislatif dan pemilu presiden bisa menjadi bahan bakar perang saudara di Palestina. Itu juga yang disinggung oleh Haniyah dalam keterangannya saat ia berada di Iran hari Ahad (10/12). Ia mengatakan, “Pemilu yang dipercepat berarti mematahkan keinginan rakyat Palestina dan akan memunculkan kekacauan. Itu akan memberi pengaruh negatif bagi kondisi Palestina secara keseluruhan.” Ia menegaskan bahwa Hamas lebih yakin dengan kesatuan nasional dan membentuk pemerintahan koalisi, untuk mengatasi krisis di Palestina. Tapi ia juga menolak tekanan apapun yang mempengaruhi pembentukan koalisi nasional itu, baik dari dalam maupun luar negeri.

Aiman Yusuf, pengamat politik Palestina memandang, masa depan Hamas tergantung bagaimana dengan masa depan jangka pendek blokade yang dilancarkan Israel. Tergantung pula dengan sejauh mana iklim dukungan negara-negara Arab dan Islam untuk mendobrak blokade.

“Sekarang Hamas dihadapi dengan dua masalah, pembukaan blokade ekonomi Israel dan ide dari Fatah tentang percepatan pemilu. Kelak ini bisa memunculkan peperangan sengit antara Hamas dan Fatah. (na-str/iol)