Kisah Nyata Sniper HAMAS di Gaza

“Jika dunia dan para pengamat militer internasional adil, seharusnya sniper Al-Qasaan menempati rangking pertama sebagai sniper paling tangguh dan ditakuti dunia,” ujarnya memulai kisah.

Al Qassam, lanjutnya, memiliki unit khusus sniper yang terdiri dari pejuang laki-laki maupun perempuan. Namun yang diekspose selama ini kebanyakan unit sniper laki-laki.

“Selama di Gaza, saya sempat bersama-sama dengan mereka. Sniper-sniper al-Qassam ini sungguh hebat. Mereka adalah orang-orang terbaik, hafal Quran, selalu melaksanakan shaum Daud, tahajud, dan sebab itu memiliki kekuatan dan kemampuan yang sungguh dahsyat dalam jihad menegakkan agama tauhid ini. Para sniper al-Qassam sanggup bertahan di satu titik, apakah itu di dalam gua, di dalam bangunan-bangunan tinggi yang sudah hancur terkena bom, atau di lokasi-lokasi yang tersembunyi namun sangat strategis, selama berhari-hari hanya ditemani oleh Mushaf Quran, sebotol air mineral, dan sepotong roti kering. Mereka ribad (berjaga-jaga) tak kenal lelah dan tidur hanya seperlunya dalam kewaspadaan yang sangat tinggi.”

“Saya sempat bertanya kepada mereka, apakah mereka tidak pernah bosan. Mereka dengan mantap berkata jika mereka dilahirkan, hidup, dan mati, hanya untuk menjaga agama Allah Swt dan kaum Muslimin seluruh dunia. Jawaban mereka membuat saya menangis. Saya teringat betapa banyaknya kaum Muslimin di dunia ini yang tengah terlena oleh kehidupan dunia yang menipu. Bersama para pejuang-pejuang ini, hati saya selalu dekat dengan Allah Swt.”

“Saya juga sempat bertanya pada beberapa sniper yang saya temui, apakah mereka memiliki keluarga? Anak dan isteri? Sebagian mengaku masih lajang dan sebagian lagi sudah berkeluarga. Ada yang anak isterinya sudah syahid terlebih dahulu, dan ada pula yang masih utuh. Sejak awal pernikahan kami di sini sudah memaklumi jika pernikahan kami adalah pernikahan yang semata-mata untuk meninggikan kalimat Allah Swt. Keluarga kami yang kami bangun adalah keluarga yang semata-mata untuk memperjuangkan agama Allah Swt. Sebab itu, tidak ada rasa berat apa pun ketika kami harus berpisah dengan keluarga, karena kami yakin, di jalan ini, kami akan dikumpulkan lagi kelak di Jannah dalam keadaan yang jauh lebih baik dari dunai dan seisinya…”

“Apakah kalian bersekolah?” tanya Abdullah kembali.

Mereka menjawab, “Ya, tentu saja. Bahkan banyak dari kami yang sudah sarjana, insinyur, guru, dan lainnya…”

“Apa pesan dan salam kalian kepada Muslim Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya?”

Beberapa pejuang mengatakan, “Peganglah Islam dengan kuat, bahkan dengan nyawa kalian. Doakanlah kami agar kami selalu kuat dan tabah berjuang menegakkan agama Allah Swt ini, sebagaimana kami selalu berdoa untuk saudara-saudara kami, umat Islam Indonesia, Malaysia, Turki, Bosnia, Afghanistan, Syams, dan lainnya. Ketahuilah jika dunia yang banyak orang dipandang indah, sesungguhnya kesenangan yang menipu. Akheratlah tempat akhir umat Islam. Di sana kita akan hidup dan dikumpulkan dalan kebahagiaan yang sejati. Allah Swt yang menjanjikan ini dan janji Allah swt adalah sebaik-baiknya janji. Allahu Akbar!” (rd)