Statemen Al-Qaidah Palestina, Diduga Kuat untuk Kobarkan Konflik Hamas-Fatah

Sejumlah pengamat dan analis politik melihat ada pihak terselubung yang bermain di balik pengakuan adanya jaringan Al-Qaidah dalam kasus upaya pembunuhan kepala intlejen Palestina. Pihak terselubung tersebut secara sengaja bermain untuk memancing di air keruh, dengan semakin berkobarnya api pertikaian antara kelompok Fatah dan Hamas.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah situs internet muncul mengatasnamakan Jaringan Al-Qaidah Palestina. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas upaya pembunuhan kepala Intelejen Palestina Thariq Abu Rajab, dua hari sebelumnya, di kantor pusat intelejen Palestina, sisi utara Ghaza. Pengakuan itu juga diiringi ancaman atas sejumlah pemimpin gerakan Fatah, termasuk Presiden Palestina Mahmud Abbas, dan tokoh lainnya seperti Muhammad Dahlan, Samir Mashharawi, dan Abu Ali Syahin. Selain itu, kelompok yang mengatasnamakan Al-Qaidah Palestina itu juga turut menolak sikap Hamas yang mengecam upaya pembunuhan tersebut.

Islamonline, berhasil memperoleh pernyataan penulis dan pengamat politik Palestina Mushtafa Shawaf tentang perkembangan aneh yang terjadi di Palestina ini. Ia mengungkapkan keraguannya yang besar atas validitas keterangan aksi upaya pembunuhan Abu Rajab yang dekat dengan Presiden Mahmud Abbas. “Ada pihak pihak tertentu yang memanfaatkan kasus Al-Qaidah sebagai eksekutor aksi lalu melakukan pembunuhan di sana sini, agar api fitnah makin membakar Palestina. Kelompok itu berupaya untuk bermain di balik organisasi terselubung sampai sekarang,” katanya.

Shawaf sendiri sebagai pengamat politik yang sudah lama memperhatikan sejarah Palestina menyebutkan hampir tidak mungkin ada Tanzhim Al-Qaidah di Palestina. “Melihat karakter yang sudah dipahami dari bangsa Palestina, yang menganut pemikiran dan metoda Islam yang moderat, ditambah lagi dengan karakter pemahaman Islam yang berkembang di Palestina, mereka pasti cenderung menolak upaya pembunuhan, bagaimanapun perselisihan yang terjadi antara kelompok di Palestina,” jelasnya. Ia melanjutkan, bahwa kalaupun benar ada Tanzhim Al-Qaidah di Palestina yang didirikan dalam waktu sangat singkat –karena baru dua statemen yang dimunculkan atas nama Tanzhim Al-Qaidah sampai sekarang –menjadi lebih tidak logis lagi bila sebuah unit bersenjata mampu melakukan aksi penyerangan begitu detail sebagaimana serangan atas kantor pusat intelejen Palestina yang memiliki pengamanan lebih ketat ketimbang kantor sayap keamanan Palestina yang lainnya.

Ia mengatakan, “Jika benar ada Tanzhim Al-Qaidah di Palestina, mereka pasti pada tahap awal tidak akan mampu menembus jaringan pengaman ekstra ketat seperti yang diberlakukan oleh sayap intelejen Palestina.” Menurut Shawaf, aksi percobaan pembunuhan atas Abu Rajab, pasti dilakukan oleh orang-orang yang sangat mengetahui detail detail kantor intelejen.

Keterangan yang mengatas namakan Al-Qaidah muncul dalan situasi pertikaian yang semakin runcing antara dua kelompok Palestina terbesar, yakni Hamas dan Fatah. Perselisihan yang terjadi sejak usai pemilu Januari 2006 itu awalnya dipicu oleh sejumlah statemen dan selebaran gelap yang memprovokasi kedua belah pihak. Dan ketika akhirnya Hamas unggul dalam pemilu, konflik Fatah dan Hamas semakin tajam. Namun pernyataan yang mengatasnamakan Al-Qaidah itu, menurut Shawaf, menjadi rapuh lantaran mereka menggunakan aliran berpikir takfir (pengkafiran), sebuah cara berpikir yang sudah usang dan ketinggalan zaman dalam perkembangan pemikiran Islam. Ini karena saat ini semakin banyak orang yang tidak bisa dipuaskan dengan klaim-klaim pengkafiran itu.”

Lebih lanjut ia yakin, seluruh komponen kekuatan Palestina siap menjadikan komunikasi sebagai satu satunya jembatan mengatasi perselisihan. Perang saudara, atau konflik horizontal itu bukan menjadi kebiasaan Palestina karena semua orang sudah mengetahui tingkat bahayanya bila itu terjadi.

Sementara pengamat politik lainnya, Asyraf Ajrami, tidak jauh berbeda dengan pendapat Shawaf. Terkait adanya pihak yang mengatasnamakan Tentara Al-Quds sebagai bagian dari jaringan Al-Qaidah di Palestina, ia mengatakan, “Saya tidak yakin ada jaringan organisasi baru yang mampu melakukan aksi seperti itu dengan detail, terukur kemampuannya dan besar…. Statemen yang muncul itu tidak lain untuk mengobarkan fitnah dan menutup-nutupi identitas pelaku sebenarnya di balik aksi pembunuhan itu.” (na-str/iol)