Persatuan Ulama Muslim Internasional Sebut Penjajah Belanda Tidak Beradab

Eramuslim – Persatuan Ulama Muslim Internasional mengutuk keras tindakan pemerintah Belanda mengusir sejumlah menteri pemerintahan Turki dalam kunjungannya ke kantor konsulat Jenderal di kota Rotterdam pada hari Sabtu (11/03) akhir pekan kemarin.

“Persatuan Ulama Muslim Internasional terus mengikuti perkembangan tindakan tidak beradab pemerintah Belanda terhadap Turki dengan menolak izin mendarat Menlu Mevlut Cavusoglu, dan mengusir Menteri Urusan Keluarga Turki, Fatma Sayan Kaya, hingga ke perbatasan Jerman-Belanda, serta tindakan aparat mereka yang membubarkan paksa para demonstran warga Turki yang yang tinggal di Belanda dengan kekerasan, dengan maksud mencegah pertemuan antara pemerintah dengan warganya untuk menjelaskan isi amandemen konstitusi yang disetujui oleh parlemen Turki, dan akan diputuskan melalui referendum,” tulis organisasi yang diketuai oleh Sheikh Dr. Yusuf al-Qaradawi.

Persatuan Ulama Muslim Internasional menyesalkan tindakan pemerintah Belanda yang tidak dapat diterima secara politik dan moral, dan menganggap upaya pengusiran tersebut sebagai bentuk ikut campur dalam urusan internal Turki, yang ingin mengacaukan upaya referendum untuk menentukan masa depan masyarakat Turki.

Selain itu Persatuan Ulama Muslim Internasional juga menyerukan kepada Dunia Islam dan Arab untuk berdiri bersama Turki dan hak-hak rakyatnya untuk menggelar referendum, terlebih sistem presidential sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Islam dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan seorang pemimpin.

Hubungan antara Belanda dan Turki Kejadian bermula saat Menteri Urusan Keluarga Turki, Fatma Betul Sayan Kaya, dilarang masuk ke Konsulat Turki di Rotterdam dan selanjutkan dikawal ke perbatasan dengan Jerman oleh kepolisian Belanda menggunakan jalan darat pada Sabtu (11/03) akhir pekan kemarin.

Dan disaat yang bersamaan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu yang berusaha masuk ke Belanda dengan menggunakan jalur udara juga dilarang mendarat.

Erdogan sendiri dalam pernyataan kerasnya menyebut tindakan pemerintah Belasan sebagai sisa “warisan Nazi”, dan berjanji akan mengajari mereka diplomasi internasional. (Cnnarabic/Ram)