Setelah Larang Muslim Uighur Berpuasa, Cina Kini Paksa Tutup Restoran Halal

Eramuslim – Inilah potret wajah kebiadaban komunis Cina terhadap Muslim Uighur. Selain diwajibkan melewati detektor logam saat hendak shalat, petugas polisi berwajah seram mengawasi setiap gerak-gerik jamaah yang ingin beribadah di salah satu masjid di Kota Kashgar.

Dalam beberapa waktu terakhir, Kepolisian Cina sangat ketat mengawasi warga Uighur yang menjadi populasi utama di wilayah Xinjiang. Sejumlah kebijakan kontroversial pun diterapkan seperti pelarangan memelihara jenggot dan shalat di tempat umum.

Selama bertahun-tahun sebelumnya, alun-alun di luar masjid di Kashgar selalu dipenuhi kerumunan orang, jamaah pun berdesakan saat merayakan Idul Fitri. Namun suasana itu tak ada lagi, seperti dilansir AFP dalam terbitannya Kamis (13/07).

Lebaran tahun ini merupakan perayaan paling sepi di Kashgar dalam satu generasi.

Sementara itu, pihak berwenang menolak berkomentar mengenai fenomena ini. Namun, seorang pengusaha lokal mengatakan kepada AFP bahwa pemerintah telah mendirikan beberapa pos pemeriksaan yang dijaga polisi. Pos pemeriksaan ini mengepung kota tersebut untuk mencegah para wisatawan ke Kashgar dan bergabung dalam shalat Idul Fitri.

“Ini bukan tempat yang baik untuk beragama,” kata seorang pedagang.

Pemerintah berdalih, pembatasan dan penambahan personel polisi di kawasan ini untuk mengendalikan penyebaran ekstremisme dan gerakan separatis Islam. Para aktivis hak asasi manusia menyebut Xinjiang tak ubahnya sebagai penjara terbuka.

“China pada dasarnya menciptakan keadaan darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar James Leibold, pakar keamanan China di Universitas La Trobe Australia, seperti dilansir AFP.

Banyak rambu peringatan yang berisi larangan warga untuk sholat di tempat umum dan menumbuhkan jenggot sebelum berusia 50 tahun. Sementara pegawai negeri (PNS) dilarang berpuasa selama bulan Ramadhan.

Di Tashkurgan, dekat perbatasan Pakistan, pihak berwenang telah menutup restoran halal karena dianggap menolak menyajikan makanan selama liburan.

Seorang guru dan seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada AFP, sekolah melarang siswa menggunakan ucapan-ucapan dalam bahasa Arab seperti “Assalaamu alaikum”.

Sementara pemerintah komunis China bangga dengan pelaksanaan One Belt One Road (OBOR) di seluruh dunia Islam, diam-diam mereka terus melakukan mendiskriminasi dan memberi tekanan kepada Muslim Uighur.

Pemerintah China mulai meningkatkan keamanan dan melakukan pembatasan agama di Xinjiang pada tahun 2009. Kebijakan ini menyusul serangkaian kerusuhan di ibukota, Urumqi yang menyebabkan sekitar 200 orang tewas. (HI/Ram)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/konspirasi-penggelapan-sejarah-indonesia-eramuslim-digest-edisi-10.htm