Siapakah Pasukan Taliban Itu: Sejarah hingga Sosok Terkini

Eramuslim.com – Siapakah pasukan Taliban itu dipertanyakan banyak pihak usai berhasil merebut ibu kota Afghanistan, Kabul. Taliban juga menguasai berbagai kota lainnya dalam waktu singkat.

Taliban bukanlah kelompok baru yang ada di Afghanistan. Kelompok ini juga sempat menguasai Afghanistan sejak 1996 hingga 2001 lalu.

Taliban fighters stand guard at an entrance gate outside the Interior Ministry in Kabul on August 17, 2021. (Photo by Javed Tanveer / AFP)

Lalu Siapakah Pasukan Taliban Itu?

Dilansir BBC, Taliban, atau yang diartikan sebagai “murid” dalam bahasa Pashto, pertama kali muncul pada awal 1990-an di utara Pakistan setelah pasukan Uni Soviet mundur dari Afghanistan.

Di awal pendiriannya, pasukan Taliban didominasi oleh orang-orang etnis Pashtun, yang mendiami wilayah Selatan Afghanistan.

Taliban pertama kali muncul di pesantren-pesantren yang kebanyakan dibiayai oleh Arab Saudi, yang umumnya menganut aliran Sunni garis keras.

Taliban memberikan janji kepada etnis Pashtun bahwa mereka akan mengembalikan perdamaian dan keamanan sesuai syariah Islam jika mereka berkuasa.

Dengan cepat, Taliban menyebarkan pengaruhnya hingga pada 1996 berhasil merebut ibu kota Kabul dan menggulingkan rezim Presiden Burhanuddin Rabbani.

Pada 1998, Taliban bahkan sudah menguasai hampir 90% wilayah Afghanistan.

Saat itu, warga Afghanistan menyambut kehadiran Taliban dengan suka cita lantaran keberhasilan mereka memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalan-jalan dan area-area di bawah kekuasaan mereka aman untuk perdagangan.

Dilansir BBC, Taliban juga memperkenalkan hukuman yang disebut sejalan dengan hukum Syariah. Mulai dari hukuman eksekusi dan potong tangan hingga melarang anak perempuan mengakses pendidikan.

Taliban pun dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya, salah satu yang paling terkenal ketika ketika Taliban melanjutkan penghancuran patung Buddha Bamiyan yang terkenal di Afghanistan tengah pada 2001, sehingga memicu kemarahan publik internasional.