Geliat Dakwah di Kepulauan Seribu

Walau masih di Jakarta, kawasan Kepulauan Seribu terasa begitu jauh buat warga Jakarta. Hal ini karena kawasan yang masuk wilayah Jakarta termuda setelah Jakarta Pusat, Timur, Selatan, Barat dan Utara ini berada di perairan laut Jakarta.

Transportasi menuju Kepulauan Seribu pun masih tergolong sulit. Memang ada beberapa pelabuhan di Jakarta yang melayani pelayaran ke wilayah yang masih elok ini. Antara lain, Ancol, Muara Angke, dan Kamal di Tangerang. Tapi, jadwal keberangkatan kapal hanya 2 kali sehari. Itu pun hanya dengan kapal ukuran sedang, kira-kira 5 kali 10 meter persegi.

Karena masih tradisional, kapal-kapal ini bisa menempuh perjalanan selama 3 jam. Ini sama dengan waktu tempuh dari terminal Kampung Rambutan ke kawasan ujung propinsi Banten, Merak. Atau sama dengan lama perjalanan dari Kampung Rambutan ke terminal Sukabumi dan Bandung. Padahal, Kepulauan Seribu masih dalam wilayah Jakarta.

Belum lagi soal ketidaknyamanan di kapal-kapal tradisional ini. Jangankan ruang penumpang ber-ac, tempat duduk saja harus menghampar. Di kapal itu, penumpang berada dalam posisi yang sangat beragam: duduk, tidur, berdiri, jongkok, dan lain-lain. Itu pun hanya beralaskan kain bekas spanduk atau poster besar.

Berbagai aroma pun menyatu dalam ruangan yang tidak seberapa besar itu. Ada bau ikan yang dibawa penumpang, aneka sayur dan buah, bau badan penumpang dan awak kapal yang mungkin belum sempat mandi, asap mesin kapal yang kadang masuk ruang penumpang, dan lain-lain. Pendek kata, kenyamanan masih barang mahal dalam lalu lintas menuju Kepulauan Seribu.

Pusat pemerintahan daerah Kepulauan Seribu berada di sebuah pulau yang luasnya sekitar 10 hektar. Namanya pulau Pramuka. Inilah mungkin pulau terpadat kedua setelah pulau Panggang. Walaupun padat penduduk, penataan permukiman di pulau ini tergolong rapi. Persis seperti sebuah komplek perumahan yang mempunyai keteraturan jalan dan gang. Di pulau ini juga, satu-satunya SMA dan SMP negeri di daerah Kepulauan Seribu berada.

Keindahan laut di sekitar Kepulauan Seribu seolah melupakan kita bahwa daerah nan elok ini masih dalam kawasan Jakarta yang padat penduduk dan pengap polusi. Pesona biota laut bisa ditangkap dari atas permukaan air. Kawasan pantai pasir putih yang jernih menghampar nyaris tanpa ombak.

Selain keindahan itu, ada daya tarik lain dari pusat pemerintahan Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka. Di pulau ini, pengunjung akan diperlihatkan pemandangan relijius berupa masjid besar yang tampak jelas dari balik pelabuhan kecil. Penduduk wanitanya pun, terutama para ibu, rata-rata mengenakan jilbab.

Masjid berukuran sekitar 20 kali 40 meter persegi itu bernama Masjid Al-Ma’muriyah. Di ruangan masjid nan bersih inilah ratusan remaja sekitar kerap berkumpul untuk mengaji, dan aktif memakmurkan masyarakat sekitar dengan ruhani Islam.

Salah satu kegiatan yang belum lama ini mereka lakukan adalah pekan Muharam. Hampir sepekan, berbagai acara mereka suguhkan untuk menjadi daya tarik masyarakat dalam memakmurkan masjid ini. Mulai dari ceramah, aneka lomba syiar Islam untuk anak-anak dan remaja, hingga pawai keliling pulau.

Salah seorang pengurus masjid yang juga penggerak pemuda dan remaja di Pulau Pramuka bertutur bahwa masih banyak PR yang mesti dituntaskan melalui masjid ini. Ia tidak ingin penduduk pulau yang seratus persen muslim ini tergerus dengan aneka gaya hidup turis atau pengunjung yang datang ke Kepulauan Seribu. Terutama, remaja.

“Alhamdulillah, sambutan dan dukungan dari masyarakat sekitar sangat bagus,” ujar ayah tiga anak yang tidak mau disebutkan namanya ini. Walau bukan penduduk asli, aktivis dakwah ini merasa kerasan untuk terus bersama pemuda dan remaja yang haus dengan dakwah Islam ini. Kebetulan, ia dan isteri diamanahkan Kanwil Departemen Agama untuk mengelola sebuah madrasah di Pulau Pramuka.

Dari Pulau Pramuka inilah, dakwah terus merambat dan menyebar ke pulau-pulau di dekatnya. Antara lain pulau terpadat, Pulau Panggang, yang jaraknya sekitar 1 kilometer saja dari Pulau Pramuka. Di pulau Panggang ini, berdiri kokoh sebuah masjid besar yang menjadi pemandangan mencolok di pelabuhan pulau.

Kalau kita berdiri di tepian pantai pada keheningan menjelang waktu Subuh, sebuah alunan indah seperti bersahut-sahutan dari dan ke luar pulau. Itulah suara adzan Subuh yang berkumandang melalui masjid-masjid di Kepulauan Seribu. (mnh)