Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia

Dalam silaturahim singkatnya ke Eramuslim pada Jumat 26/6, pengurus DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang diwakili ustadz M.Rahmat Kurnia dan Mujiono menyampaikan gagasan besar Hizbut Tahrir. Gagasan itu mereka namakan Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia yang terangkum dalam sebuah buku.

Dalam buku setebal delapan puluh halaman, Manifesto (HTI) berisikan sembilan bab pembahasan. Mulai dari sistem pemerintahan ketika Khilafah berdiri, sistem ekonomi, sistem peradilan, sistem pergaulan, media dan informasi, politik luar negeri, politik dalam negeri, dan strategi pendidikan.

Diakui oleh ustadz Rahmat Kurnia bahwa isi manifesto tersebut memang masih sangat global. Masih perlu elaborasi yang lebih dalam tentang bab-bab tersebut. Tapi setidaknya, masyarakat Indonesia yang menjadi tujuan utama sosialisasi dari manifesto tersebut bisa menangkap benang merah. Yaitu, sosok kekhilafahan seperti apa yang dimaksud oleh HTI.

Di antaranya, sistem pemerintahan khilafah tidak menggunakan sistem diktator. Bukan pula sistem demokrasi. “Jadi, kita ingin meluruskan ke masyarakat Indonesia bahwa sistem pemerintahan tidak hanya ada dua pilihan. Yaitu, diktator dan demokrasi. Dan khilafah bukan menerapkan sistem diktator. Bukan pula demokrasi,” papar ustadz Rahmat Kurnia meyakinkan.

Pendek kata, HTI ingin menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa Islam dengan sistem khilafahnya punya aturan tersendiri yang tidak terjebak dengan sistem yang berlaku saat ini. Terutama, di Indonesia.

Sosialisasi ini sudah disampaikan ke beberapa propinsi di Indonesia, ke ormas-ormas Islam, pesantren, dan lembaga publik lainnya. Bahkan, menurut Mujiono, para calon presiden dan wakil presiden yang saat ini sedang bertanding pun ingin mendengarkan pemaparan manifesto HTI.

“Sebenarnya saat ini kami berbarengan dengan acara presentasi ke salah satu capres, tapi kami lebih mengutamakan ke Eramuslim,” ujar Mujiono dengan senyum khasnya.

Satu hal yang memang perlu ketekunan dan kesabaran, menurut Rahmat, adalah pada roadmapnya. Yaitu, bagaimana cara mewujudkan manifesto yang telah dibuat. “Kami akan mewujudkan itu dengan melakukan pembinaan individu, mulai dari akidah mereka, fikrah, dan lain-lain,” ucap Rahmat menjelaskan. (nuh)