Silaturahim Ustadz Eramuslim ke Jepang

Dalam kesempatan Golden Week, Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia (KMII) di Tokyo Jepang berkesempatan mengundang ustadz Ahmad Sarwat, Lc untuk menyampaikan ceramah agama. Berikut ini adalah laporan langsung dari Ustadz Ahmad Sarwat, Lc langsung dari negeri Sakura.

Permintaan untuk berceramah di Jepang kami terima lewat pertanyaan yang masuk ke dalam database rubrik Ustadz Menjawab di situs Eramuslim. com

Tidak seperti hari-hari lainnya, rubrik yang biasanya berisi berbagai pertanyaan yang harus dijawab, malah berisi undangan berceramah ke Jepang. Rupanya dari pada repot mencari nomor telepon, teman-teman di Jepang mengirim undangan lewat rubrik pertanyaan di Ustadz Menjawab. Wah pinter juga, karena pasti dibaca memang.

Setelah memeriksa jadwal dan memang waktunya masih jauh, kami pikir tidak ada salahnya untuk menerima undangan itu. Lagi pula waktunya tidak terlalu lama, hanya seminggu saja, yaitu dari tanggal 1 sampai 7 Mei 2008.

Maka segera kami kirim jawaban lewat email kepada pihak pengundang yang mengatas-namakan Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) tentang kesediaan kami untuk memenuhi undangan tersebut. Email kami dibalas oleh Al-Akh Abu Khalid Rivai, bidang dakwah KMII yang isinya ucapan terima kasih atas kesediaan kami memenuhi undangan KMII.

Selanjutnya, beliau hampir setiap hari ber-imel-imelan dengan kami, yang memberikan banyak informasi banyak tentang gambaran serta tujuan undangan ceramah di negeri Sakura, termasuk juga memback-up kami untuk masalah dokumen perjalanan yang syaratnya memang agak ketat.

Dan yang menarik, semua dokumen perjalanan yang diperlukan untuk pengurusan visa dikirim lewat email. Termasuk surat undangan resmi dari pihak KMII, rekomendasi dari pihak KBRI di Tokyo, bahkan e-ticket Garuda yang cukup diperlihatkan di konter Garuda Bandara saat keberangkatan.

Jadi yang kami kerjakan cukup datang ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta untuk meminta visa. Alhamdulillah, surat sakti sudah dikirim sebelumnya oleh KBRI kita di Jepang kepada Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, sehingga semua persyaratan rasanya memang dimudahkan.

Dan ini yang menarik, semua persyaratan memang sudah ditulis di situs kedutaan besar Jepang, maka tidak ada masalah bagi kami untuk melengkapi semua dokumen perjalanan. Semua formulir yang harus diisi sudah disediakan dalam bentuk file pdf, sehingga kami tinggal mendownloadnya saja. Bahkan berapa lama proses permohonan visa itu selesai, juga tercantum dengan lengkap.

Kesan keteraturan, profesional dan ketertiban sudah terasa sejak masuk ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Nyaris tidak ada suara ribut atau berisik, semua pemohon dilayani dengan baik, ramah dan full senyum. Terima kasih buat para staf Kedutaan Jepang, jarang-jarang kami mengurus visa dilayani dengan sebegitu baik dan profesional.

Tidak seperti yang di beberapa kedutaan lainnya, di mana para pemohon visa antri berjam-jam kepanasan dan kehujanan, sama sekali tidak diberi tempat untuk sekedar menghormati tamu resmi. Entah, kenapa ya ada kebijakan yang seperti itu.

Dr. Salim Segaf Al-Jufri, guru kami yang kini menjabat Duta Besar Indonesia buat Saudi Arabia, menceritakan bahwa warga Saudi Arabia yang mengajukan permohonan visa ke Indonesia, dilayani dengan sangat baik oleh KBRI kita di Riyadh.

Saat itu beliau bilang, "Tolong Antum sampaikan di media bagaimana sikap kurang menghargai kepada bangsa kita yang mengajukan permohonan visa dari pihak Kedutaan Besar Saudi Arabia di Jakarta. Mereka itu ke Saudi Arabia sebagai tamu resmi, bukan pendatang gelap. Bahkan mereka bayar visa kok. Sehingga pemerintah Saudi Arabia dapat devisa dari bangsa kita", tambah beliau.

Golden Week

Kesempatan memenuhi undangan ceramah terkait dengan Golden Week yang merupakan liburan panjang di Jepang. Konon tiap tahun di Jepang ada liburan massal selama seminggu, biasanya pada bulan Mei tiap tahunnya. Kalau di Indonesia kira-kira seperti liburan lebaran.

Jadi KMII memanfaatkan liburan Golden Week ini untuk mengadakan ceramah dan pengajian, dengan mendatangkan kami, selain untuk berdakwah tentunya untuk bersilaturrahim ke Jepang dan bertemu langsung dengan masyarakat Indonesia di sana.

Teman-teman yang pernah kuliah di Jepang memberi informasi bahwa mereka senang sekali kalau bisa didatangi oleh para ustadz dari negeri sendiri, setidaknya bisa mengobati kerinduan mereka yang setia membaca tulisan beliau di situs Eramuslim.com untuk bertemu langsung dengan nara sumber rubrik Ustad Menjawab.

Rupanya banyak juga pembaca Eramuslim di negeri Jepang, ada yang jadi diplomat, ada yang jadi pekerja, tapi yang paling besar adalah mereka sedang menempuh pendidikan, baik S-1, S-2 atau pun S-3.

Daurah Syariah

Bertempat di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, ratusan masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Tokyo dan sekitarnya aktif mengikuti kegiatan daurah yang berlangsung selama tiga hari, Jumat s/d Ahad, 2-4 Mei 2008.

Selain mahasiswa, peserta juga terdiri dari para staf Kedutaaan Besar Republik Indonesia, profesional dan juga para trainee.

Panitia sengaja mensetting tema utama daurah ini sebagai daurah masalah syariah, karena selama ini memang telah menjadi kebutuhan besar. Rupanya, kami baru tahu bahwa situs Eramuslim begitu banyak dibrowse dari negeri ini, dan melihat kami, mereka rata-rata mengaku sudah sangat akrab, karena tiap hari mereka tidak pernah lupa untuk membaca berita dan artikel tanya jawab Ustadz di Eramuslim.

Ada begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan, umumnya terkait dengan masalah hukum fiqih. Seperti hukum membeli daging sembelihan, yang memang sedikit merepotkan agar bisa dapat yang halal. Ada pertanyaan dan diskusi hangat ibu-ibu yang berdebat soal haramnya sake, alkohol dan khamar.

Bahkan banyak peserta yang menyanyakan hukum menjadi pekerja ilegal di Jepang, serta kehalalan gaji yang mereka terima.

Daurah ini juga sekaligus menjadi ajang silaturahim yang sangat berkesan, karena umumnya masyarakat muslim Indonesia di Jepang tinggal terpencar-pencar. Pada momen seperti inilah mereka bisa saling berkenalan, bertukar informasi, serta saling memberikan solusi untuk masalah kehidupan di Jepang.

Acara daurah tiga hari di Tokyo diisi juga dengan berbagai materi lainnya, seperti daurah penyelenggaraan jenazah, pelatihan khatib Jumat, serta shalat tahajjud berjamaah.

Selesai daurah, perjalanan dakwah dan silaturahim di Jepang memang belum berakhir. Sebab panitia dari kota-kota lain di Jepang sudah siap menunggu. Ada Nagoya, Kobe, bahkan Hiroshima, tempat dahulu Amerika menjatuhkan bom atom. Rupanya cukup padat juga jadwal yang telah dibuat teman-teman pantiia, nyaris tidak ada kesempatan untuk bersantai. Setiap kesempatan pasti mereka gunakan dengan seefisien mungkin. Jawdal bisa dilihat di sini

Dan untuk mencapai kota-kota itu, panita telah membelikan ticket Singkansen, kereta api cepat (bullet train) yang konon bisa lari dengan kecepatan hingga 450 km/jam.

Saat laporan ini kami tulis, kami telah meninggalkan kota Tokyo dan tiba di Nagoya dengan naik kereta legendaris Bangsa Jepang ini. Ternyata di dalam sama sekali tidak terasa guncangan sama sekali. Bahkan tidak terdengar suara berisik kereta, suasana sangat tenang, setengang bangsa Jepang ketika mereka berada dalam perjalanan.

Hanya butuh waktu 1, 5 jam saja untuk menempuh jarak Tokyo Nagoya yang berjarak lebih dari 300 km.

(bersambung)