Ust. Habibullah Lc: Kemenangan Parpol Islam Indonesia Kini Ibarat Pepesan Kosong.

Jika masih perduli dengan nasib dan masa depan umat, umat Islam tidak boleh apriori dengan politik. Bahkan umat Islam harus berpolitik untuk bisa menegakkan al-haq dan menumpas kebathilan. Namun yang perlu ditekankan di sini adalah keikutsertaan umat Islam dalam politik, tidak harus ditunjukkan dengan keterlibatan mereka di dalam partai politik.

Hal tersebut diungkapkan Ustadz Habibullah Lc dalam acara silahturahmi dengan Eramuslim, Rabu sore (9/4) di Jakarta, mengupas tema "Kemenangan Umat Islam."

Ustadz Habibullah mengingatkan, dalam kerangka politik untuk kepentingan umat, umat Islam harus mengedepankan akhlak, persatuan umat, berpegang teguh pada tali Allah, dan tidak terpecah-belah. Hal inilah yang menurutnya, belum dijumpai dalam perpolitikan partai-partai Islam di Indonesia sekarang.

Ustadz Habibullah menilai, parpol-parpol Islam yang ada sekarang di negeri ini, terlalu bernafsu untuk menjadi pemenang dan duduk sebagai wakil-wakil di pemerintahan, tanpa memperhatikan pemikiran-pemikiran politik apa yang akan dikembangkan, kualitas sumber daya manusia, akhlak pejabatnya, dan cetak biru untuk meraih kemenangan secara menyeluruh, baik dari sisi politik maupun ekonomi.

"Ini yang belum ada, sehingga kemenangan parpol Islam di Indonesia sekarang, ibarat pepesan kosong, " tegasnya.

Ia berpendapat, partai-partai Islam di Indonesia seharusnya mampu untuk menampilkan dirinya sebagai partai dakwah yang benar-benar menjaga citranya, yaitu akhlak dan etika sebagai Muslim yang baik, yang bisa dilihat dari penampilan para kadernya yang di tingkat bawah maupun kader yang sudah menjabat di elit pemerintahan. Ini wajib karena modal utama partai Islam yang paling utama adalah akhlak. Pada akhirnya masyarakat akan menilai akhlak para politisi yang mengklaim berasal dari partai berbasis Islam.

Di sisi lain, Ustadz Habibullah juga menyoroti tradisi feodalisme yang masih kental mewarnai parpol-parpol Islam. Pimpinan atau orang yang dituakan di dalam struktur partai selalu dianggap benar dan tidak ada keberanian dari bawah untuk melontarkan kritik. Padahal tiada manusia selain Rasulullah SAW yang bersih dari cacat dan salah. ”Jika parpol-parpol Islam masih seperti ini kondisinya, bisa dipastikan reputasi mereka akan jeblok dalam pemilu mendatang!” tandasnya.

Di atas itu semua, Ustadz Habibullah mengingatkan bahwa kemenangan paling hakiki bagi umat Islam adalah kemenangan akhirat, ketika Allah mengampuni dosa-dosa kita, terbebas dari neraka dan masuk surga. Inilah kemenangan sejati. Kemenangan dunia, dalam kerangka Islam adalah pertolongan Allah untuk mencapai kemenangan akhirat.

Oleh sebab itu, kemenangan di dunia, harus disertai dengan akhlak yang mulia dan harus dicapai dengan jalan yang benar dan bersih, yang dibenarkan oleh syariat Islam, bukan dengan menghalalkan segala cara asal bisa menempatkan kadernya di posisi penting kekuasaan. Karena jika jalan terakhir ini yang ditempuh, maka tidak ada lagi perbedaan antara partai Islam dengan partai lain yang berideologi sekuler. Kita tentu tidak menginginkan hal seperti ini terjadi. (ln/rz)

Ust. Habibullah Lc: Kemenangan Parpol Islam Indonesia Kini Ibarat Pepesan Kosong.

Jika masih perduli dengan nasib dan masa depan umat, umat Islam tidak boleh apriori dengan politik. Bahkan umat Islam harus berpolitik untuk bisa menegakkan al-haq dan menumpas kebathilan. Namun yang perlu ditekankan di sini adalah keikutsertaan umat Islam dalam politik, tidak harus ditunjukkan dengan keterlibatan mereka di dalam partai politik.

Hal tersebut diungkapkan Ustadz Habibullah Lc dalam acara silahturahmi dengan Eramuslim, Rabu sore (9/4) di Jakarta, mengupas tema "Kemenangan Umat Islam."

Ustadz Habibullah mengingatkan, dalam kerangka politik untuk kepentingan umat, umat Islam harus mengedepankan akhlak, persatuan umat, berpegang teguh pada tali Allah, dan tidak terpecah-belah. Hal inilah yang menurutnya, belum dijumpai dalam perpolitikan partai-partai Islam di Indonesia sekarang.

Ustadz Habibullah menilai, parpol-parpol Islam yang ada sekarang di negeri ini, terlalu bernafsu untuk menjadi pemenang dan duduk sebagai wakil-wakil di pemerintahan, tanpa memperhatikan pemikiran-pemikiran politik apa yang akan dikembangkan, kualitas sumber daya manusia, akhlak pejabatnya, dan cetak biru untuk meraih kemenangan secara menyeluruh, baik dari sisi politik maupun ekonomi.

"Ini yang belum ada, sehingga kemenangan parpol Islam di Indonesia sekarang, ibarat pepesan kosong, " tegasnya.

Ia berpendapat, partai-partai Islam di Indonesia seharusnya mampu untuk menampilkan dirinya sebagai partai dakwah yang benar-benar menjaga citranya, yaitu akhlak dan etika sebagai Muslim yang baik, yang bisa dilihat dari penampilan para kadernya yang di tingkat bawah maupun kader yang sudah menjabat di elit pemerintahan. Ini wajib karena modal utama partai Islam yang paling utama adalah akhlak. Pada akhirnya masyarakat akan menilai akhlak para politisi yang mengklaim berasal dari partai berbasis Islam.

Di sisi lain, Ustadz Habibullah juga menyoroti tradisi feodalisme yang masih kental mewarnai parpol-parpol Islam. Pimpinan atau orang yang dituakan di dalam struktur partai selalu dianggap benar dan tidak ada keberanian dari bawah untuk melontarkan kritik. Padahal tiada manusia selain Rasulullah SAW yang bersih dari cacat dan salah. ”Jika parpol-parpol Islam masih seperti ini kondisinya, bisa dipastikan reputasi mereka akan jeblok dalam pemilu mendatang!” tandasnya.

Di atas itu semua, Ustadz Habibullah mengingatkan bahwa kemenangan paling hakiki bagi umat Islam adalah kemenangan akhirat, ketika Allah mengampuni dosa-dosa kita, terbebas dari neraka dan masuk surga. Inilah kemenangan sejati. Kemenangan dunia, dalam kerangka Islam adalah pertolongan Allah untuk mencapai kemenangan akhirat.

Oleh sebab itu, kemenangan di dunia, harus disertai dengan akhlak yang mulia dan harus dicapai dengan jalan yang benar dan bersih, yang dibenarkan oleh syariat Islam, bukan dengan menghalalkan segala cara asal bisa menempatkan kadernya di posisi penting kekuasaan. Karena jika jalan terakhir ini yang ditempuh, maka tidak ada lagi perbedaan antara partai Islam dengan partai lain yang berideologi sekuler. Kita tentu tidak menginginkan hal seperti ini terjadi. (ln/rz)