Simbologi

“Cara terbaik menyembunyikan rahasia adalah dengan meletakkannya di tempat umum….”

(George Washington, Mason Master)

*

SymbolDiskusi tentang simbol dan makna rahasia yang ada di dalamnya sebenarnya sudah sangat lama diperbincangkan. Namun hal ini kembali mengemuka setelah terjadinya polemik berkepanjangan setelah terbitnya novel Dan Brown berjudul “The Da Vinci Code” (Terbit pertama kali di Amerika pada Mei 2003). Dengan tema serupa, saya menulis novel “The Jacatra Secret” (2009) yang mengulik rahasia-rahasia sejarah Jakarta yang desain kotanya juga mengandung simbol-simbol. Sejak itu, di mana-mana saya mendapatkan pertanyaan dari banyak kalangan tentang simbol, terutama yang terkait dengan simbol keagamaan dan kepercayaan.

Di sisi lain, sejak itu banyak pula tulisan-tulisan, baik status di media sosial maupun di blog, yang berbicara tentang simbol. Ada yang menyikapinya secara berlebihan, posesif malahan, ada pula yang menganggapnya angin lalu alias kurang penting.

Pernah suatu hari saya ditelpon sebuah stasiun teve swasta yang simbol tevenya oleh sebagian kalangan mirip dengan lambang jangka dan siku Freemasonry. Mereka mengundang saya untuk berdiskusi tentang simbol dan akan dibuatkan satu acara khusus tentang pembahasan simbol di teve. Saya awalnya enggan untuk datang karena yakin hal itu tidak akan pernah bisa dijadikan satu acara tayangan teve. Pembahasan tentang simbol bukanlah pembahasan ringan dan penuh canda tawa sia-sia seperti yang banyak ditayangkan oleh televisi itu. Namun karena mereka memaksa akhirnya saya penuhi dan suatu malam ba’da Isya, saya telah berada di salah satu ruangan produser teve tersebut untuk berdiskusi.

Setelah panjang lebar saya menerangkan tentang sejarah simbol berikut sejarah kelompok-kelompok persaudaraan yang gandrung akan simbol tersebut, salah seorang kru teve yang mendampingi sang produser, seorang mbak-mbak cantik, dengan polosnya bertanya, “Jika Illuminaty atau New World Order menguasai dunia, apa salahnya?”

Gubrak! Saya terpana dan tidak percaya dengan apa yang ditanyakannya. Saya menjadi maklum jika orang di depan saya ini sama sekali belum memahami dengan benar agama yang dianutnya. Entah apakah dia seorang Muslim atau bukan. Karena sepengetahuan saya, seluruh agama langit adalah musuh bagi Illuminaty atau NWO. Jika dia setidaknya memahami agamanya dengan baik, maka dia pasti tidak akan bertanya tentang hal itu. Apalagi barusan saya sudah berbusa-busa menerangkan tentang sejarah kelompok persaudaraan ini.

Akhirnya pertemuan itu berakhir begitu saja. Saya masygul. Betapa bahayanya media diawaki oleh orang-orang seperti itu. Media massa, terlebih teve, merupakan salah satu alat yang mampu mempengaruhi otak publik secara luas dan intens. Teve mampu menyusupkan pesan-pesan tertentu yang tidak disadari oleh pemirsanya. Bisa dibayangkan jika orang-orang kreatif di belakang teve saja demikian, maka bagaimana lagi orang-orang yang memirsanya? Saya jadi maklum jika stasiun teve tersebut akhirnya memang kebanyakan acaranya hanya berupa gurauan dan canda ria yang sia-sia dan sering tidak lucu.

Dan ketika Indonesia kemarin melahirkan seorang pemimpin yang seperti sekarang, hancur-hancuran, maka saya pun jadi maklum. Benarlah apa yang dikatakan ekonom-nasionalis Kwik Kian Gie dalam sebuah forum, “Bangsa ini bukan dibodohi, tapi memang bodoh!”

Di sisi yang lain, banyak pula orang yang phobi terhadap simbol. Sedikit-sedikit begitu melihat ada bentuk yang mirip langsung dikaitkan dengan Illuminaty atau Freemasonry atau Kabbalah. Keingintahuan mereka memang patut diapresiasi, tapi jika tidak memahami makna dan sejarah simbol dengan baik, ya salah juga. Salah-salah akan mempermalukan diri sendiri.

Sebab itu, untuk mendudukkan makna, sejarah,dan pengertian tentang simbol secara tepat, saya akan mencoba untuk membahas dan menguraikan segala sesuatu tentang simbol di eramuslim.com ini. Mudah-mudahan, kita semua bisa lebih arif dalam menyikapi sebuah simbol. Jangan terlalu takut, dan jangan pula acuh tak acuh, sebab bagaimana pun sebuah simbol bisa mempengaruhi akidah tauhid yang harus dijaga oleh seorang Muslim sampai dia menemui ajalnya.

Simbol, Sebuah Pengantar

Disadari atau tidak, kehidupan kita tidak bisa lepas dari simbol-simbol. Setiap hari, kita selalu berhubungan dengan simbol. Simbol adalah alat komunikasi, baik yang bersifat terbuka dan umum, maupun yang sifatnya tertutup dan rahasia.

Simbol yang bersifat umum memiliki pengertian seragam dan banyak yang memahami dengan baik, misalnya simbol lampu merah, lampu hijau, dan lampu kuning pada traffic-light. Simbol angka-angka yang tertera pada mata uang juga demikian.

Dan simbol yang bersifat tertutup dan rahasia, tidak semua orang memahami makna dan arti sesungguhnya dari simbol jenis ini. Pengertian dan maknanya bersifat rahasia dan hanya dipahami oleh segelintir orang saja. Simbol-simbol keagamaan dan pemikiran termasuk ke dalam kelompok ini, misalnya simbol salib, simbol bulan dan bintang, swastika, piramida terpenggal, mata Horus, siku dan jangka, dan lain sebagainya.

Secara etimologis, kata “Simbol” ada yang meyakini berasal dari bahasa Yunani “symbolon” atau “symbalo”, kata kerja: symbalein, yang berarti tanda pengenal yang menjelaskan dan mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan kebersamaan yang didasarkan oleh suatu kewajiban atau perjanjian. Dapat juga dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau tindakan, yang menyatakan realita lain di luar dirinya. Namun kosakata Inggris pun mengenal kata “Symbol” yang berakar pada kata “symbolicum” dalam bahasa Latin. Semuanya memiliki beberapa makna generik, yakni “memberi kesan”, “berarti”, dan “menarik”. Dalam sejarah pemikiran, simbol memiliki dua pengertian yang sangat berbeda. Dalam pemikiran dan praktik keagamaan, simbol lazim dianggap sebagai pancaran Realitas Transenden. Dalam sistem pemikiran logika dan ilmiah, lazimnya istilah simbol dipakai dalam arti tanda abstrak.

Dalam beberapa pengertian, “simbol” bisa dibagi dalam tiga bentuk:

  • Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek,
  • Simbol adalah kata, tanda, atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek,
  • Simbol adalah apapun yang diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan,

Simbol sering diartikan secara terbatas sebagai tanda konvensional, sesuatu yang dibangun oleh masyarakat atau individu dengan arti tertentu yang kurang lebih standar dan disepakati atau dipakai anggota masyarakat itu sendiri. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)