Arti Tangisan KH. Irfan Zidny Dalam Seminar Syiah Tahun 1997

Air mata Professor KH. Irfan Zidny tak bisa dibendung lagi, ketika mulai membeberkan kesesatan aliran Syiah dalam seminar nasional tentang syiah, minggu lalu. Pangkal kepedihan KH Irfan berawal ketika ia melihat sederetan anak-anak muda mengenakkan seragam hitam-hitam dan mengumumkan secara terbuka ‘Saya adalah seorang Syi’i’

Bunyi penggalan kalimat diatas penulis ambil dari Harian Terbit, tertanggal 25 September 1997 M. Ucapan Kyai yang terkenal tegas tersebut diutarakan saat Seminar Nasional Tentang Syiah yang dilaksanakan di aula Mesjid Istiqlal, Jakarta, 21 September 1997. Acara seminar yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam dan buletin Gema al-Irsyad tersebut dihadiri tidak kurang dari 1000 peserta seminar.

Para peserta pun tampak menahan haru, mereka tidak habis fikir Ulama yang terkenal pemberani tersebut meneteskan air mata saat seminar berlangsung.

Tampil dengan makalah berjudul “Bunga Rampai Ajaran Syiah”, KH. Irfan Zidny, Ulama sekaligus pakar Syariah ini tampak serius mengeluarkan argumentasi untuk menunjukkan kesesatan Syiah selama ini. Dengan mengutip pendapat Hujjatul Islam Al Ghazali, beliau menyinggung sebuah kalimat yang sangat menarik, “Untuk mengetahui kesesatan aliran, sebelum lebih dahulu mengetahui tentang hakikat aliran tersebut, maka hal tersebut adalah tidak mungkin (muhal), bahkan hal demikian itu termasuk sikap yang ngawur dan sesat”

Kyai Irfan yang mengaku satu guru satu ilmu dengan Ayatullah Khomeini ini memang layak untuk menyatakan kepedihan hatinya di depan sekitar 1000 peserta seminar tersebut.

Kyai Kharimastik lulusan Universitas Baghdad ini meneruskan rasa sedihnya akan banyaknya para kaum muda yang banyak membaca buku-buku tentang Syiah karena minimnya para Ulama mengkaji masalah Syiah.

Sebagai bukti, beliau merujuk atas apa yang terjadi di Surabaya tentang masalah mut’ah dan pendapat pemikir-pemikir muda yang membolehkannya. Mereka tidak dapat lagi membedakan kasus Revolusi Iran 1979 dan aqidah Syiah. Padahal, lanjut beliau, faham Syiah bukan lahir tahun 1979 saja, namun doktrin Syiah telah memiliki sejarah panjang dari abad ke I Hijriah, menurut Ahlus Sunnah; atau bersamaan degan lahirnya Islam itu sendiri, menurut Syiah.

Saat tahun itu, sudah banyak anak muda yang memakai seragam hitam Syiah, berdzikir Syiah, dan ibadah Shalat ala Syiah. Mereka memeluk Syiah semata-mata setelah membaca atau mendengarkan ceramah dari tokoh Syiah Indonesia, meski hanya beberapa hari dan bulan saja.

Apa yang dikatakan mantan Rektor Sekolah Tinggi Al Ziyadah tersebut, gaungnya masih terdengar sampai saat ini. Dari pengalaman penulis pribadi, banyak rekan-rekan muda yang tidak memiliki pemahaman Islam yang kuat, dan hanya ikut satu-dua kali “halaqoh”, dengan secepat kilat mereka telah terjebak di dalamnya.

Saat perdebatan tidak menemukan titik temu, mereka pun dengan lantang menyuarakan: “Kita buktikan di akhirat nanti, siapa yang benar.” Betapa yakinnya mereka atas keselamatan Syiah di yaumil akhir nanti.

Kesedihan Kyai Irfan bukanlah tanpa dasar dan pijakan. Beliau bukanlah orang baru dalam mengulik masalah Syiah. Bisa dikatakan beliau adalah saksi sejarah atas kesesatan Syiah selama ini. Kyai Irfan lah yang pernah tinggal di Negara-negara dengan mayoritas Syiah. Beliau pula lah yang menjadi saksi hidup saat belajar “satu bangku” dengan ulama-ulama Syiah, tinggal bersama masyarakat syiah, bergaul dengan mereka, dan itu dijalaninya selama 18 tahun: sebuah angka yang bukan remeh.

Kendati memiliki rekam jejak bergumul dengan Syiah, beliau merasa bersyukur tidak tertarik untuk mengikuti ajaran Syiah.

“Alhamdulillah saya tidak lantas menjadi penganut Syiah,” ujarnya.

Kyai Irfan sangat berharap akan muncul ulama yang benar-benar mendalami Studi Aliran dan Aqidah Islam. Dirasat firaq wa Al-‘Aqidah Al Islamiyah.

Kini tantangan itu memang kian dibutuhkan. Dengan serangkaian masalah banyaknya aliran sesat di negeri ini, masalah Syiah menjadi satu hal yang mendesak untuk dibahas. Kini telah 13 tahun acara di Masjid Istiqlal itu terjadi. Peserta yang hadir kala itu masih ingat lantunan takbir membahana yang menyambut usulan peserta seminar tentang pelarangan ajaran Syiah di Indonesia.

Para pengisi acara seperti KH. Irfan Zidny. MA, KH., Moh. Dawam Anwar, KH. Thohir Abdullah Al Kaff, DR. Hidayat Nur Wahid, KH. Nabhan Husein, KH, Abdullah Muchtar, dan Syu’bah Asa, telah membeberkan fakta tentang kekeliruan akidah Syiah. Dari mulai faham Syiah yang mengkafirkan sahabat Rasulullah SAW seperti Abu Bakar, Umar Bin Khaththab, Usman Bin Affan, menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait, memandang “Imam” itu ma‘sum (orang suci), hingga pemutar balikan ayat-ayat Al Qur’an.

Sebagaimana dikutip dari laporan rangkaian makalah yang kemudian dijadikan buku tersebut, dalam Kitab Fashlul Kitab karangan Ulama Syiah Syeikh Hussein bin Muhammad Taqiy An Nuuri At-Thabarsi ada banyak ayat Al Qur’an diselewengkan keredaksiannya hingga seolah-olah Ayat tersebut mendukung pengkultusan terhadap Ali bin Abi Thalib RA.

“Dan jika kalian ragu-ragu terhadap apa yang kami turunkan kepada Ali, buatlah satu surat saja yang semisal dengan Al Qur’an itu.” (Fashluul Kitab, h. 253)

“Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami, buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan Al Qur’an itu.” (Al Baqarah: 23)

“….amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya jika mengingkari apa yang telah Allah turunkan kepada Ali karena dengki..” (Fashluul Kitab, h. 256: Al Kaafi, vol.1. h. 417)

“… dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (Al Baqarah: 102)

Kini Kyai Irfan telah lama pergi meninggalkan umatnya. Cita-cita beliau yang menjadi rumusan pasca seminar agar pemerintah melarang ajaran Syiah sampai kini belum juga membuahkan hasil. Syiah pun kala itu langsung dengan cepat mengkonter balik dengan menerbitkan buku kecil sebagai “pembelaan” terhadap seminar yang menguliti Syiah tahun 1997. Entah siapa yang bisa menjawab air mata yang diteteskan oleh Kyai Irfan.

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepadakebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,merekalah orang-orang yang beruntung. "(QS: Ali Imran: 104)

wallahua’lam. (pz)