Di Swedia dan Kuba, DPR Bukan Jabatan Mewah dan Istimewa

Eramuslim.com – Betapa mewahnya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Indonesia. Mereka menikmati gaji besar, tunjangan segambreng, berderet-deret fasilitas, hingga dana pensiun seumur hidup.

*

Belum lagi, kalau mengikuti Sidang, ada yang namanya uang sidang senilai Rp 2 juta. Padahal, menghadiri sidang itu kan sudah kewajiban anggota DPR. Memenuhi kewajibannya saja mereka dibayar, kok masih banyak yang bolos?

Pekerjaan menjadi DPR juga tidak ribet. Ada asisten pribadi untuk urusan administrasi, kemudian ada tenaga ahli yang membantu urusan mikir. Tenang saja, semua tenaga bantuan itu dibayar gajinya oleh Negara.

Keterangan foto: Perdana Menteri Swedia Stefan Lovfen bersama Presiden Perancis Emanuel Macron menumpang bus umum saat European Union Social Summit 2017. Sumber foto: Ludovic Marin/AFP)

Tak hanya mewah, tapi juga elit. Kita, rakyat jelata, harus memanggil mereka: “Yang Terhormat”. Kalau anda berani mengeritik produk legislasinya, apalagi di depan anggota DPR yang terhormat bernama Arteria Dahlan, maka bersiap-siaplah dianggap sesat.

Namun, apakah cerita tentang DPR selalu identik dengan kemewahan dan elitisme?

Tidak, ternyata. Di belahan dunia lain, ada negara yang DPR-nya tidak diperlakukan sebagai jabatan istimewa. Tidak ada kemewahan, apalagi elitisme. Anggota DPR tak ada bedanya dengan rakyat jelata kebanyakan.

Itu terjadi di sebuah negara kecil di Kepulauan Karibia. Namanya Kuba. Negeri berpenduduk tak lebih dari 12 juta jiwa ini memang punya sistim politik yang unik.