Dibalik Jatuhnya Khilafah Turki Ustmaniyah Terakhir (1)

khalifah11Oleh Aidil Faqih
Pada bulan Rajab  di samping Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw ada peristiwa penting yang takkan dilupakan oleh kaum Muslim, yakni dihapuskannya sistem Khilafah oleh pengkhianat kaum Muslim, Mustafa Kemal Atartuk. Inilah tragedi yang menjadi awal kelamnya kehidupan kaum Muslim.
Ada beberapa faktor penyebab utama kemunduran Negara Khilafah saat itu, diantaranya ; konspirasi negara-negara kafir imperialis, pengkhianatan penjabat tinggi Negara, adanya ide-ide rusak (Nasionalisme, Patriotisme, Demokrasi dan HAM) yang mempengaruhi pemikiran kaum muda di Turki dan wilayah Khilafah lainnya, terhentinya ijtihad, upaya memasukkan Undang-undang barat dalam konstitusi Negara Khilafah, penghancuran aqidah Islam melalui serangan misionaris Kristen (pendeta pendeta yang berjuang memurtadkan orang-orang Islam). Puncaknya, pada tanggal 3 Maret 1924 (28 Rajab 1342 H), agen Inggris keturunan Yahudi Dunamah bernama Mustafa Kemal Pasha menyatakan dibubarkannya Negara Khilafah Islamiyah yang berpusat di Istambul, dan kemudian menggantinya dengan sistem Republik dengan asasnya Sekular-Demokrasi serta memindahkan ibukota Turki dari Istambul ke Ankara.
Sultan Abdul Hamid dan Yahudi

hertzlPada masa pemerintahan Khalifah Sultan Abdul Hamid II, Pemimpin Zionis Internasional bernama Theodore Herzl melalui sahabatnya yang dekat dengan keluarga istana meminta kepada Khalifah untuk memberikan tanah Palestina kepada orang-orang Yahudi. Dan jika diizinkan menduduki Palestina, orang-orang Yahudi akan menyelesaikan utang-utang Negara Khilafah. Namun apa yang terjadi Khalifah Sultan Abdul Hamid II menolak dengan tegas, melalui suratnya;
“Nasehatilah temanmu Herzl agar dia tidak mengambil langkah-langkah baru mengenai masalah ini, sebab saya tidak bisa mundur dari tanah suci ini (Palestina) walaupun hanya sejengkal. Sebab tanah ini bukanlah milik saya. Dia milik bangsa dan rakyat saya. Nenek moyang saya telah berjuang demi mendapatkan tanah ini. Mereka telah menyiraminya dengan titisan darah demi mendapat tanah ini. Maka biarkanlah orang-orang Yahudi itu menggenggam jutaan uang mereka. Jika negeriku hancur lebur, maka sangat mungkin mendapatkan negeri Palestina tanpa ada balasan apapun. Namun patut diingat, bahwa hendaklah penghancuran itu dimulai dari tubuh dan raga kami. Namun tentunya saya juga tidak akan menerima, raga saya dirusak binasa sepanjang hayat masih dikandung badan”.Demikianlah, Herzl gagal merayu Sultan Abdul Hamid II untuk menduduki tanah Palestina. Padahal waktu itu utang Negara Khilafah mencapai 20 juta lira.
Setelah gagal merayu Sultan Abdul Hamid II, Zionisme Internasional kemudian memulai dengan menggerakkan media-media internasional untuk menjatuhkan Khalifah. Setelah itu, mereka menyatukan musuh-musuh Sultan Abdul Hamid II yang tumbuh dan bercampur baur dalam masyarakat Utsmani. Kita dapatkan para pengikut demokrasi dan mereka yang diperalat kaum demokrat, melakukan rencana yang sangat teratur dan menyerang. Mereka menguasai jaringan bisnis dunia, media-media Eropa, sehingga sangat mungkin bagi mereka untuk membentuk pandangan umum tentang pentingnya memecat Sultan Abdul Hamid II dari jabatannya sebagai seorang Khalifah.Konspirasi Kolonialis Eropa Untuk Menghapuskan Sistem Khilafah

Pada tanggal 31 Maret 1909, Zionis Internasional melakukan konspirasi, yaitu peristiwa tragis yang menimbulkan goncangan hebat. Peristiwa tersebut terjadi di kota Istambul, dimana telah terjadi pembunuhan berdarah yang menimbulkan korban jiwa. Dan kemudian mereka menuduh Sultan Abdul Hamid II terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa tersebut juga membuat orang-orang Yahudi Eropa dari Organisasi Persatuan dan Pembangunan (nama lain dari Gerakan Turki Muda pimpinan Mustafa Kemal) memasuki Istambul untuk melakukan acara penurunan baiat di pusat kota menuntut pemecatan Sultan Abdul Hamid II dari jabatannya sebagai seorang Khalifah. Dengan dukungan media-media di Turki dan Eropa, mereka menuduh Sultan merencanakan terjadinya peristiwa 31 Maret tersebut, membakar mushaf-mushaf Al-Qur`an, pemboros, penumpah darah, dan zhalim.
Agar niat busuk tersebut berhasil, para revolusionir bentukan Yahudi melakukan tekanan kepada mufti Islam Muhammad Zhiyaudin untuk mengeluarkan fatwa pemecatan. Pada hari selasa 27 April 1909, sebanyak 240 anggota Majelis A`yan (tokoh-tokoh masyarakat yang ditunjuk) mengadakan pertemuan bersama dan menetapkan pemecatan Sultan Abdul Hamid II. Namun sebagian anggota menolak menerima draft tersebut, diantaranya sekretaris fatwa Nuri Affandi yang hadir dalam pertemuan tersebut.Namun atas usulan dan desakan dari Organisasi Persatuan dan Pembangunan, akhirnya dibentuklah panitia untuk menyampaikan keputusan pemecatan Khalifah kaum muslimin, panitia tersebut terdiri dari : Immanuel Qarashu (seorang Yahudi asal Spanyol), Aaram (Anggota Majelis Perwakilan yang berasal dari Armenia), As`ad Thuathani (Utusan Albania), Arif Hikmat (anggota Majelis `Ayan, asal Irak Karajabani). Kemudian melalui mereka dilakukan (pemberitahuan) pemecatan Sultan Abdul Hamid II sebagai Khalifah, dan pada saat bersamaan Sultan Abdul Hamid berkata kepada mereka,”Sesungguhnya ini tak lebih dari perbuatan orang-orang Yahudi yang mengancam Khilafah, lalu apa maksud kalian membawa orang ini (Emmanuel) datang kehadapanku?”.

Setelah Sultan Abdul Hamid II diturunkan dari jabatannya, kemudian beliau dibuang ke Salonika (wilayah Kekhilafahan Turki yang berbatasan dengan Yunani).
Orang-orang Yahudi dan Freemasonry mengangkat hari penjatuhan Sultan Abdul Hamid II sebagai hari raya mereka. Mereka meluapkan kegembiraan dengan mengadakan demonstrasi di jalan-jalan pusat kota Istambul, Turki Utsmani. Setelah diturunkan dari jabatannya, Sultan Muhammad Rasyad menggantikan beliau sebagai Khalifah kaum muslimin.

Pada hari Senin tanggal 3 Maret 1924, dunia dikejutkan oleh berita bahwa Mustafa Kemal di Turki secara resmi telah menghapus Khilafah. Pada malam itu Abdul Majid II, Khalifah terakhir kaum muslimin, dipaksa untuk mengemas kopernya yang berisi pakaian dan uang ke dalam kendaraannya dan diasingkan dari Turki, dan tidak pernah kembali. Dengan cara itulah pemerintahan Islam yang berusia 1342 tahun berakhir. Kisah berikut adalah sekelumit sejarah dari tindakan-tindakan kekuatan kolonialis dengan pertama kali menyebarkan benih perpecahan diantara kaum muslimin dengan menanamkan nasionalisme dan akhirnya mengatur penghancuran Daulah Khilafah melalui agen-agen pengkhianatnya…(Bersambung)