Ilmuwan Muslim Penemu 4G LTE Ini Berasal Dari Wong Ndeso di Kediri

Khoirul Anwar dan keluargaEramuslim.com – Gadget saat ini sudah merupakan kebutuhan pokok bahkan paling utama bagi umat manusia di abad ini.

Karena dengan gadget, semua hal bisa dilakukan dengan mudah dan cepat seolah dunia ini tanpa sekat-sekat.

Seiring perkembangan zaman, berbagai penemuan dan inovasi pun terus dilakukan umat manusia saat ini termasuk penemuan alat komunikasi yakni telepon seluler.

Beragam tipe dan jenis telepon seluler pun banyak tercipta sebagai sarana penunjang umat manusia dalam menjalankan aktivitasnya.

Namun ternyata, telepon seluler masih banyak mengalami kekurangan, terutama terkait kecepatan sinyal.

Misalnya saja untuk jenis telepon seluler 3G, banyak dikeluhkan terutama terkait kecepatan sinyal yang diterima hp jenis tersebut.

Nah, melihat hal tersebut berbagai macam penelitian pun dilakukan oleh berbagai kalangan yang konsen terhadap persoalan itu termasuk orang Indonesia.

Dunia terhenyak saat ditemukan bahwa diatas sinyal 3G ada lagi ditemukan yang namanya sinyal 4G.

Percaya atau tidak, ternyata sinyal 4G yang kini dinikmati seluruh umat manusia di muka bumi ini, ternyata ditemukan oleh ilmuwan asal Indonesia.

Khoirul Anwar dulu sempat dianggap gila, ditertawakan, bahkan dicemooh. Idenya dianggap musykil, tak masuk akal. Semua ilmuwan yang berkumpul di Hokkaido, Jepang, itu menganggap pemikiran yang dipresentasikan itu tak berguna.

Dari Negeri Sakura, Anwar terbang ke Australia. Tetap dengan ide yang sama. Setali tiga uang. Ilmuwan negeri Kangguru itu juga memandangnya sebelah mata. Pemikiran Anwar dianggap sampah.

Pemikiran Anwar yang ditertawakan ilmuwan itu tentang masalah power atau catu daya pada Wi-Fi. Dia resah. Saban mengakses internet, catu daya itu kerap tak stabil. Kadang bekerja kuat, sekejap kemudian melemah. Banyak orang mengeluh soal ini.

Tak mau terus mengeluh, Anwar memutar otak. Pria asal Kediri, Jawa Timur, itu ingin memberi solusi. Dia menggunakan algoritma Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan.

FFT merupakan algoritma yang kerap digunakan untuk mengolah sinyal digital. Anwar memasangkan FFT dengan FFT asli. Dia menggunakan hipotesis, cara tersebut akan menguatkan catu daya sehingga bisa stabil.

khoirulIde itulah yang diolok-olok ilmuwan pada tahun 2005. Banyak ilmuwan beranggapan, jika FFT dipasangkan, keduanya akan saling menghilangkan. Tapi Anwar tetap yakin, hipotesa ini menjadi solusi keluhan banyak orang itu.

Ilmuwan Jepang dan Australia boleh mengangapnya sebagai dagelan. Tapi dia tak berhenti. Anwar kemudian terbang ke Amerika Serikat. Memaparkan ide yang sama ke para ilmuwan Paman Sam.

Tanggapan mereka berbeda. Di Amerika, Anwar mendapat sambutan luar biasa. Ide yang dianggap sampah itu bahkan mendapat paten. Diberi nama Transmitter and Receiver. Dunia menyebutnya 4G LTE, Fourth Generation Long Term Evolution.

Yang lebih mencengangkan lagi, pada 2008 ide yang dianggap gila ini dijadikan sebagai standar telekomunikasi oleh International Telecommunication Union (ITU), sebuah organisasi internasional yang berbasis di Genewa, Swiss. Standar itu mengacu prinsip kerja Anwar.

Dua tahun kemudian, temuan itu diterapkan pada satelit. Kini dinikmati umat manusia di muka Bumi. Dengan alat ini, komunikasi menjadi lebih stabil.

Karya besar ini ternyata diilhami masa kecil Anwar. Dulu, dia suka menonton serial kartun Dragon Ball. Dalam film itu, dia terkesan dengan sang lakon, Son Goku, yang mengeluarkan jurus andalan berupa bola energi, Genkidama.

Untuk membuat bola tersebut, Goku tidak menggunakan energi dalam dirinya yang sangat terbatas. Goku meminta seluruh alam agar menyumbangkan energi. Setelah terkumpul banyak dan berbentuk bola, Goku menggunakannya untuk mengalahkan musuh yang juga saudara satu sukunya, Bezita.

Prinsip jurus tersebut menjadi inspirasi bagi Anwar. Dia menerapkannya pada teknologi 4G itu. Jadi, untuk dapat bekerja maksimal, teknologi 4G menggunakan tenaga yang didapat dari luar sumber aslinya.

Ya, karya besar ini lahir dari orang desa. Anwar lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 22 Agustus 1978. Dia bukan dari kalangan ningrat. Atau pula juragan kaya. Melainkan dari kalangan jelata.

Sang ayah, Sudjiarto, hanya buruh tani. Begitu pula sang bunda, Siti Patmi. Keluarga ini menyambung hidup dengan menggarap sawah tetangga mereka di Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang.

Lulus dari SMA 2 Kediri, Anwar lalu melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan ditetapkan sebagai lulusan terbaik pada 2000. Anwar muda juga pernah menjadi aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Kampus ITB.

Lulus S1, ia kemudian mengincar beasiswa dari Panasonic dan ingin melanjutkan ke jenjang magister di sebuah universitas di Tokyo. Sayangnya, Anwar tidak lolos seleksi universitas tersebut. Dia merasa malu dan tidak ingin dipulangkan. Alhasil, dia memutuskan beralih ke Nara Institute of Science and Technology NAIST dan diterima.

Di universitas tersebut, Anwar mengembangkan tesis mengenai teknologi transmitter dan menggarap disertasi bertema sama dalam program doktoral di universitas yang sama pula.

Dan Anwar, kini telah menelurkan karya besar. Temuan yang ditertawakan itu dinikmati banyak orang. Termasuk para ilmuwan yang mengolok-olok dulu. (ts/ts)