Inilah 7 Pemilu Paling Curang dalam Sejarah Dunia Modern

Pihak oposisi mengadakan beberapa protes di seluruh wilayah dalam menanggapi kecurangan pemilu yang diupayakan oleh Presiden Slobodan Milosevic.

Selanjutnya pemilu tahun 2000 diadakan pada 24 September. Ini merupakan pemilu bebas pertama di negara itu sejak 1992. Hasil awal menunjukkan bahwa kandidat oposisi dari kubu Demokrat, Vojislav Kostunica unggul dari kandidat petahana Slobodan Milosevic. Meski demikian, perolehan suara kandidat oposisi kurang dari 50,01% dan sesuai aturan diperlukan putaran kedua pemilu.

Namun, Vojislav bersikeras bahwa dia tidak hanya unggul tetapi juga telah melampaui ambang batas perolehan suara yang disyaratkan sebagai pemenang. Kekerasan spontan pecah, di mana pendukung Vojislav memaksa Milosevic mengundurkan diri pada 7 Oktober 2000 dan mengakui kekalahan. Hasil pemungutan suara kemudian direvisi dan membuktikan klaim Vojislav benar.

6. Pemilu Filipina di Bawah Rezim Ferdinand Marcos, 1965-1986

 

Ferdinand Marcos

Ferdinand Marcos adalah seorang politisi Filipina yang memerintah negara itu dari tahun 1965 hingga 1986. Ia memerintah sebagai diktator dengan pemerintahan ditandai dengan korupsi dan kebrutalan.

Dia menempatkan negara itu di bawah status darurat militer pada tahun 1972, membungkam media, dan menggunakan kekerasan terhadap mereka yang berada di kubu oposisi. Pada tahun 1965, Marcos memenangkan pemilu untuk menjadi presiden ke-10 Filipina.

Pada 1969 dia kembali memenangkan pemilu dan menandai dimulainya kediktatorannya. Pada tahun 1978, pemilu formal pertama diadakan sejak 1969. Namun, Lakas ng Bayan tidak memenangkan kursi apa pun meskipun dukungan publik dan kemenangannya nyata.

Pihak oposisi kemudian memboikot pemilihan presiden 1981 yang dimenangkan Marcos dengan lebih dari 16 juta margin suara. Pada pemilu 1986, bangsa bersatu di belakang Corazon Aquino yang mengepalai United Nationalist Democratic Organization. Komisi Pemilihan menyatakan Marcos pemenang pemilu meskipun Aquino unggul dengan lebih dari 700.000 suara. Aquino, pendukungnya, dan pengamat internasional menolak hasil pemilu yang mengarah ke revolusi, yang pada akhirnya memaksa Marcos lengser dan melarikan diri ke pengasingan di luar negeri pada tahun 1986.

7. Pemilu Rumania 1946

 

Peta penghitungan suara Pemilu Rumania 1946

Pemilu Rumania tahun 1946 diadakan pada tanggal 19 November dengan hasil resmi memberikan kemenangan kepada Partai Komunis Rumania (PCR) dan sekutunya; BPD. BPD juga memenangkan mayoritas kursi di parlemen (348).

Namun, komentator politik menuduh BPD menang melalui taktik intimidasi dan malapraktik pemilihan. Banyak peneliti mengklaim bahwa partai itu menang dengan 48% suara dan bukan 80% seperti yang diklaim dan tidak memenuhi persyaratan untuk membentuk pemerintah.

Pemilu 1946 disamakan dengan pemilu cacat lainnya yang diadakan pada akhir Perang Dunia II di negara-negara yang membentuk Blok Timur. Pemerintah Inggris juga menolak untuk mengakui hasil pemilu tersebut. [sn]