Awas, Ada Intel Zionis Yang Fasih Sholat dan Puasa (Bag.1)

Salah satu wilayah tugas Duvdevan Unit di daerah Tepi Barat. Jadi ada kemungkinan para Mustaribinyang disaksikan Harzallah adalah anggota dari Unit 217Duvdevan adalah satu-satunya unit IDF yang tidak punya misi perang, melainkan menjalankan misi-misi kecil dibanyak titik, khususnya di Tepi Barat.

Jadi Samson Unit (Shimson) dari jenis “mista’arvim” yang aktif antara 1986-1995 ditempatkan di daerah Jalur Gaza (menurut Zionist sudah dibubarkan), dan Duvdevan Unit (Unit 217) dari jenis “special operations” yang mulai aktif pada 1986 hingga sekarang, ditempatkan di daerah Tepi Barat.

“Yahudi Asli” mukanya tak begitu berbeda dengan suku Arab karena mereka dari ras yang sama yaitu ras Semit, itu sebabnya membuat Unit Mustaribin di Palestina sulit untuk diketahui. Zionist tak menurunkan Unit Mustaribin dari Yahudi palsu dari turunan Kazharian yang berpenampilan pirang alias bule, yang “membajak Yahudi asli” dan membuat ideologi Zionist mendirikan Israel. Karena Yahudi Khazarian adalah Yahudi palsu, maka akan membuat Unit Mustaribin di Palestina lebih mudah dibedakan secara fisik dan dapat diketahui oleh para demonstran.

Misi dan pelatihan Mustaribin, termasuk Shalat dan Puasa

Mustaribin mendapat pelatihan yang intens agar bisa berpikir dan bertindak layaknya warga Palestina. Misi utama mereka adalah untuk mengumpulkan data-data intelijen, menangkap warga Palestina, dan dengan demikian bagi pemerintah Zionist Israel, masuk dalam upaya kontra-terorisme.

Total waktu latihan Mustaribin 15 bulan, yaitu:

  • 4 bulan: Pelatihan infanteri dasar di pangkalan militer Mitkan Adam – Pusat Pelatihan Khusus IDF.
  • 2,5 bulan: Pelatihan infanteri lanjutan di pangkalan yang sama.
  • 2 bulan: Pelatihan unit dasar dengan fokus navigasi perkotaan tingkat lanjut dan awal pelatihan anti-terorisme.
  • 4 bulan: Belajar tradisi Arab, bahasa, cara berpikir, dan kamuflase seperti warga sipil (rambut, lensa kontak, pakaian, dan lainnya).
  • 1 bulan: Pelatihan penembak jitu, mengemudi dan instruktur kemampuan teknis yang berbeda lainnya.

Di fase terakhir selama belajar tradisi Arab, mereka juga dituntut paham dan fasih menjalankan shalat, puasa, dan kebiasaan keagamaan Islam lainnya.

“Para agen harus fasih berbahasa Arab seakan-akan itu bahasa ibu mereka. Mereka menjalani kursus untuk menguasai dialek Palestina dan aksen Arab sesuai dengan wilayah operasi mereka, misalnya Yaman atau Tunisia,” jelas Pakar intelijen Zionist Israel Antoine Shalhat kepada Al Jazeera.

Mustaribin mendapat pelatihan yang intens agar bisa berpikir dan bertindak layaknya warga Palestina. Misi utama mereka adalah untuk mengumpulkan data-data intelijen, menangkap warga Palestina, dan dengan demikian bagi pemerintah Zionist Israel, masuk dalam upaya kontra-terorisme.

Demonstran Palestina masih dapat mendeteksi kehadiran Mustaribin

Meski dandanan penting, kadang anggota Mustaribin baru direkrut dari orang-orang yang memang punya kesamaan fisik seperti orang Arab. Mereka mesti menguasai kemampuan menempatkan diri dan bergerak di tengah-tengah demonstrasi yang digerakkan para demonstran asli Palestina. Dengan begitu, mereka akan memiliki momentum yang tepat untuk melancarkan penyergapan.

(BERSAMBUNG)

Sumber