Dari Rentenir Hingga Makanan Basi, Potret Buruk Musim Haji 2017

Eramuslim – Bersama tim pengawasan haji DPR, Komisi VIII melakukan sidak soal penyelenggaraan ibadah haji di sektor lima kota Makkah. Dan hasilnya Wakil Ketua Komisi VIII Iskan Qolba Lubis menemukan beberapa hal yang mengagetkan, antara lain terjadinya praktek rentenir terhadap jamaah haji.

“Kami kaget, ternyata selama ini terjadi praktik rentenir bagi jamaah haji yang ingin menukarkan uang riyal. Kasus itu terjadi di kloter 47 JKS, yang ingin menukarkan uang Riyal pecahan 500. Untuk satu pecahan saja terkena potongan 80 riyal, berarti kalau tiga pecahan akan terpotong 240 riyal,” kata Iskan di Makkah, Rabu (23/8).

Menurut Iskan, praktik rentenir itu juga terjadi di embarkasi lainnya. Seperti yang terjadi di embarkasi Medan, sesuai pengakuan salah seorang jamaah.

“Berdasarkan pengakuan jamaah haji kloter Medan, penukaran pecahan 500 hanya menerima 450 riyal. Bahkan praktik semacam itu disinyalir atas sepengetahuan petugas di embarkasi tersebut,” jelasnya.

Menurut Iskan, praktik rentenir tidak diperbolehkan apalagi dalam penyelenggaraan haji, selain dilarang agama karena bersifat ribawi, juga sangat menzalimi jemaah haji sendiri.

Menyikapi hal itu, politisi PKS ini akan meminta BI untuk menyiapkan pecahan 100 Riyal, sehingga memudahkan jemaah haji menukarkan uangnya. Selain itu, Komisi VIII akan meminta Kementerian Agama melakukan investigasi di semua embarkasi sekaligus menindak para oknum pelaku.

Selain itu dalam sidak juga ditemukan beberapa kekurangan pelayanan terhadap jamaah haji, seperti kasus makanan basi di Madinah dengan jumlah yang sangat banyak, sekitar 6.400 box.

“Kasus basinya makanan jemaah haji dalam jumlah banyak menandakan lemahnya pengawasan makanan yang akan disajikan, terutama jenis sayuran berkuah sehingga mudah basi,” ungkapnya.

Selain itu, tim pengawasan juga menemukan rendahnya kualitas tas yang dibagikan kepada jamaah. Padahal tas merupakan identitas yang dilihat jamaah seluruh dunia.

“Jemaah dari Bandung mengeluh tas yang dibagikan kualitas rendah, sehingga cepat sobek. Padahal tas terpampang identitas jamaah, dan membuat dipertaruhkan martabatnya di tengah jamaah lain seluruh dunia,” pungkasnya. (Tsc/Ram)