The National Interest Ungkap Peran Trump Dalam Krisis Saudi CS VS Qatar

Eramuslim – Surat kabar The National Interest menyebut dukungan Trump terhadap Saudi CS dalam krisis Teluk melawan Qatar adalah bentuk kebodohan kebijakan luar negeri AS oleh presiden ke 45 Amerika Serikat.

Pada saat Donald Trump dengan jelas menyatakan dukungannya terhadap Saudi pada awal krisis dengan Qatar, tim keamanan nasional buru-buru memperingatkan kompleksitas yang dapat diterima Washington karena kehadiran pangkalan militer utama AS di ibukota Doha, yang digunakan dalam perang di kawasan Dunia Arab.

Pada saat ini upaya pemerintah Trump untuk membentuk aliansi anti-Syiah Iran mulai Nampak menurun, khususnya setelah meletusnya krisis antara sekutu-sekutu utama di kawasan Dunia Arab, yang tentunya dapat mempengaruhi kepentingan nasional AS.

The National Interest menyebut krisis Teluk pada akhirnya telah memberikan kontribusi terhadap pembagian negara-negara di kawasan, terutama negara sekutu Amerika Serikat, dimana Turki dan Qatar di satu sisi, dan Saudi bersama Bahrain, UEA serta Mesir disisi lain.

Krisis Eksistensial

Menurut The National Interest, penyebab krisis antara Arab Saudi dan Qatar sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 1995 lalu, dimana Sheikh Hamad Khalifa Al-Thani berhasil berkuasa melalui kudeta tak berdarah, dan melakukan reformasi di negaranya dan menjadikan Doha sebagai sebuah kekuatan baru di kawasan Dunia Arab. Tentunya ini Arab Saudi dan UEA menentangnya karena takut kudeta yang sama terjadi.

Sejak saat itu krisis Qatar VS Saudi dan UEA sebenarnya mereda dengan perjalanan waktu, tapi tidak berakhir karena Doha mulai menunjukan kekuatannya dengan mendukung organisasi-organisasi politik seperti Ikhwanul Muslimin dan Hamas.

Di dekade ini Qatar dengan jelas menunjukan dukungannya terhadap kelompok revolusi Suriah dan Ikhwanul Muslimin dalam Musim Semi Arab tahun 2011.

Dan kunjungan Trump pada 20 Mei lalu dan pertemuannya dengan para pemimpin dunia Islam di ibukota Riyadh dianggap sebagai waktu yang paling tepat bagi Kerajaan Arab Saudi untuk bergerak melawan Qatar, tentunya ini semua dengan persetujuan dari Washington.

Senin 5 Juni 2017, Saudi, Bahrain, UEA dan Mesir mengumumkan memutuskan hubungan diplomatik disertai blokade dan boikot kepada Qatar, setelah hacker internasional berhasil menyebarkan berita palsu melalui kantor berita resmi pemerintah Qatar News Agency. (Rassd/Ram)