Wabah Penyakit Menyerang, Ini yang Dilakukan Salafus Shalih Ketika di Rumah

Eramuslim – ULAMA dan umara (pemerintah) mengimbau semua warga untuk tetap tinggal di rumah. Imbauan ini dikeluarkan sebagai upaya mencegah penularan wabah penyakit dari virus corona (COVID-19).

Imbauan serupa pernah diterapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya saat wabah penyakit thaun menyerang berbagai kota termasuk Kota Syam.

Thaun digambarkan sebagai penyakit yang menimbulkan pembengkakan, rasa haus, serta mematikan. Tubuh orang yang terkena wabah tersebut berubah jadi hitam, hijau atau abu-abu.

Dilansir dari laman Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (JATMAN) Ustaz Fahmi Salim memaparkan sebagaimana dikutip dari kitab Thabaqat karangan Ibnu Sa’ad Volume 6 halaman 81, seorang ulama tabi’in bernama Masruq bin al-Ajda al-Wadi’i selalu berdiam diri di dalam rumahnya pada hari-hari saat terjadinya wabah tha’un.

Terkait wabah yang melanda tersebut, Masruq bin al-Ajda al-Wadi’i mengatakan, “Inilah hari-hari untuk menjauh dari keramaian dan aku suka menyendiri untuk beribadah.”

Sementara istrinya menceritakan, “Seringkali aku duduk di belakangnya sambil menangis melihat perbuatannya, ia salatnya panjang sampai bengkak kedua kakinya.”

Siapakah Masruq bin al-Ajda al-Wadi’i?

Namanya Masruq bin Al-Ajda Al-Hamdani Al-Wadi’i Abu Aisyah Al-Kufi. Menurut Abu Bakar Al-Khatib, saat kecil Masruq bin Al-Ajda’ pernah hilang diculik, namun kemudian ditemukan lagi sehingga ia diberi nama Masruq yang artinya “dicuri”. Setelah peristiwa itu, ayahnya Al-Ajda’ masuk Islam.