Kisah Pilu Hijaber Pindah ke Korsel, Sempat Dikira Teroris dan Dipaksa Lepas Hijab

Hong Hana menjelaskan, bahwa salah satu penyebab utama ia mendapatkan perlakuan diskriminatif lantaran penampilannya. Di mana ia mengenakan penutup kepala atau hijab.

“Hijab saya jelas merupakan salah satu alasan utama. Suatu hari saya sedang berjalan di jalan. Seorang pria menuding saya dan berkata, ‘Hei, apa yang ada di kepalamu? Apa yang Anda kenakan?’,” kenang Hong Hana.

Tidak hanya mendapatkan cacian karena penampilannya, Hong Hana juga diketahui pernah mendapatkan perlakuan kasar. Di mana kala itu, hijabnya ditarik oleh seorang perempuan tak dikenal saat berbelanja di sebuah toko.

“Saya sedang membeli bahan makanan di toko, lalu seorang perempuan mendatangi saya dan menarik hijab saya. Saya terkejut dan berkata ‘Ini Hijab saya. Ada apa?’ Lalu dia berkata, ‘Kamu di Korea. Kamu harus melepasnya’. Dia mengatakan kepada saya untuk tidak menggunakan hijab,” tutur perempuan berusia 32 tahun tersebut.

Bukan hanya di tempat umum, Hong Hana juga bercerita bahwa dirinya selalu mendapatkan perlakuan buruk ketika berada di lingkungan kerja. Di Korea, Hong Hana bekerja sebagai penerjemah bahasa, ia pun diketahui menguasai empat bahasa; seperti bahasa Inggris, Korea, Rusia, dan Uzbekistan.

“Saya bekerja sebagai penerjemah. Biasanya orang-orang memperhatikan saya dari ujung kaki sampai ujung kepala dan bahkan bertanya kepada rekan saya tentang apakah dia memenuhi syarat untuk bekerja di sini? Apa yang dia lakukan di sini dan darimana asalnya? Orang sering menanyakan hal ini. Itu benar-benar membuatku kesal dan melukai perasaanku,” tambahnya.

Pernah disebut sebagai teroris
Menurut Hong Hana, salah satu pengalaman terburuk yang pernah ia alami saat tinggal di ke Korea Selatan adalah ketika disebut sebagai seorang teroris. Hal ini terjadi saat Hong Hana pergi ke kantor pemerintah daerah untuk mengurus beberapa dokumen.

“Ketika saya sampai ke sana, seorang staf perempuan melihat saya dan bertanya apakah saya teroris? Ini hal yang terdengar gila, itu terjadi pada tiga tahun lalu. Saya tidak dapat berkata-kata. Dia juga ingin memeriksa dompet saya. Saya kepadanya bahwa dia tidak punya hak untuk mengatakan atau melakukan hal-hal itu,” tegas Hong Hana.

Karena insiden itu, Hong Hana pun mengaku stres. Bahkan, ia juga sempat tidak keluar rumah selama satu bulan karena insiden itu. Bukan hanya itu, Hong Hana juga mengaku sempat melepaskan hijabnya selama empat bulan, lantaran depresi dan kesal karena menerima sejumlah diskriminasi.