Antara Narathiwat dan Kelantan

Gb. Rasyidi dan Nick Naseer kedua nya mantan ketua Youth Muslim Assosiation Thailand (YMAT)

Rabu 9 Desember 2009, pagi, aku masih di Yala Tahiland, pagi itu Naseer datang ke hotelku menginap di Rama Yala Hotel. Dia mengajakku sarapan dekat kedai. Bertemu dengan Naseer di Yala Thailand bukan lah pertama kali, sejak tahun 90 an aku sudah kenal dengan Naseer, dia adalah mantan ketua Pemuda Muslim Thailand (Youth Muslim Assosiation Thailand) orang disana menyebutnya waimet (YMAT).

Di kedai telah menunggu Rasyidi, Rasyidi ini pula adalah mantan ketua waimet sebelum Naseer. Di Yala, penduduk nya mayoritas muslim, “tetapi sebelah rel kereta api ini, banyak chino” ujar Naseer menerangkan. “Kalau yang sebelah sini pula muslim semua” jelasnya lagi.

Aku di Yala sejak kemarin (8/12). Puluhan tentara berkeliaran di jalan jalan, lebih banyak dari hari hari biasa, hari itu (9/12) ada pertemuan pucuk pimpinan dua negara PM Datuk Seri Najib Tun Razak dengan Abhisit Vejjajiva Perdana Menteri Thailand, hari itu mereka meresmikan Jambatan Persahabatan Bukit Bunga – Ban Buketa. Jembatan ini menghubungkan antara Provinsi Narathiwat Thailan dengan Negeri Kelantan Malaysia.

Antara ke dua daerah itu sebelumnya sudah ada pintu masuk ke masing masing negara yaitu di Rantau Panjang yang lebih di kenal dengan Sungai Golok. Selama ini bila balik ke Malaysia aku melalui Bukit Kayu Hitam yang bersempadan dengan Sadao di Hatyai Thailand, tetapi kukatakan kepada Naseer kali ini aku ingin melalui Narathiwat (Sungai Golok).

Oleh Kerajaaan Thailand penumpang yang hendak ke Sungai Golok bila naik kereta api di gratiskan, bila naik bus min tambangnya sebesar 120 bath. Kuputuskan naik mini bus saja orang disana menyebutnya ben (van) .

Di Yala bekas letupan bom masih terlihat pada hari itu ada sembilan letupan , 2 orang yang terbunuh belasan orang yang tercedera, jadi tak heran jarak jarak 100 meter sepanjang perjalanan memasuki provinsi Narathiwat dijaga oleh tentara yang siap sedia dengan senjata laras panjangnya. Tak henti hentinya entah berapa puluh kali bus yang kutumpangi di stop dan di periksa. Sekatan dengan gundukan karung pasir dan pagar kawat berduri adalah hal yang biasa terdapat di sepanjang jalan di tiga provinsi di selatan Thailand itu.

Yang ironis nya lagi suara dering hp pun tak dapat di dengar bila nomor tak di registrasi terlebih dahului. Meskipun aku memakai kartu hallo Telkomsel yang sudah di daftarkan, tidak akan berfungsi di ketiga daerah yang sedang komplik itu.

Gb. Masjid China Di Klantan Malaysia

Pantas kalau rakyat Narathiwat minta bergabung dengan Negeri Kelantan, itulah salah satu bunyi spanduk yang di bentang kan oleh para demontrasi saat kedua PM sedang bercengkerama di peresmian jembatan persahabatan itu. Pembangunan infrastuktur di Narathiwat dengan Kelantan sangat kontras sekali.

Jangankan untuk negeri Kelantan yang kaya minyak itu dengan provinsi provinsi yang lain terutama yang berada di Utara Thailand pun tersa ketimpangan pembangunan nya. Itu salah satu isu yang di lontarkan oleh rakyat terutama di tiga provinsi yaitu Patani, Yala dan Narathiwat.

Memasuki perbatasan Malaysia tiba di Rantau Panjang Negeri Kelantan kita akan di sambut oleh sebuah masjid yang ornamen nya menyerupai Klenteng (tokong) China, yang menandakan bahwa itu masjid adalah menaranya, meskipun masjid ini tak se indah masjid Cheng Ho di Surabaya, tetapi bangunan masjid ini cukup menyolok, dan baru saja selesai di tahun 2009 ini, dalam buku tamu yang terdapat di depan pintu masuk aku adalah orang ke 771 yang membubuhkan tanda tangan di buku tamu tersebut.

Kasus pendirian masjid menjadi topik yang hangat sekarang ini di Malaysia, Ahli Parlimen Taiping , Nga Kor Ming memprotes dan mengungkit perbelanjaan kerajan Malaysia untuk membangun masjid di seluruh negara yang berjumlah ribuan , katanya Pemerintahan Malaysia diskriminatif dalam hal pembangunan rumah Ibadah semenjak 9 tahun sejak tahun 2000 kerajaan telah menghabiskan RM 748,26 juta untuk membangun 611 buah masjid.

Di Indonesia Era Presiden Soharto ada 1.000 masjid dibina yang bentuk dan ukuran nya hampir sama melalui Yayasan Muslim Pancasila , tak pernah di persoalkan oleh orang lain, karena duit yang di dapat untuk membangun masjid tersebut adalah dari infak pegawai negeri dan karyawan BUMN.(Imbalo Iman Sakti Batam)