Bagaimana Anak-Anak Muslim Prancis Berlibur?

Liburan sekolah baru saja berlalu. Walau pun tidak ada alasan khusus, tetapi hampir di semua negara liburan sekolah dilaksanakan pada bulan Juli. Alasan di Barat, karena Juli termasuk salah satu bulan di musim panas yang selalu saja memberikan cuaca yang cerah. Sejarah yang lainnya, sebelum Juni 1963, tak ada yang namanya liburan. Barulah sejak tahun 1936 itu, liburan menjadi tradisi bagi semua orang di dunia.

Di antara negara-negara Eropa, hanya Finlandia, Austria, Yunani dan Prancis yang memiliki jumlah hari libur di atas rata-rata. Biasanya, mereka memilih pegunungan atau daerah dekat pantai. Selain karena lebih murah, juga sangat digemari. Namun ada satu cerita unik tentang liburan di pantai di Eropa. Pada pertengahan abad ke-17, laut dianggap berbahaya. Pada tahun 1930-an, orang sudah mulai akrab dengan laut untuk alasan kesehatan dan pengobatan. Pada tahun 1946, mulai dikenal Bikini dengan Louis Reard sebagai pencetusnya.

Lantas, bagaimanakah Muslim di Eropa—tepatnya di Prancis—berlibur? Di negara ini, lebih dari 60% rakyatnya memiliki kebiasaan liburan. Bertahun-tahun, Muslim Prancis konon mengikuti saja arus liburan yang selama ini berlaku di negaranya itu. Namun, mulai tahun ini, diyakini, anak-anak Muslim Prancis tidak lagi mengisi liburan seperti orang tuanya, melainkan punya gaya dan caranya sendiri.

Seperti kebanyakan 30% siswa Prancis, anak-anak Muslim Prancis pun sekarang lebih selektif dalam mengikuti kemah musim panasnya. Selama ini yang mereka ketahui adalah Muslim tidak boleh minum khammer, dan tidak boleh makan daging babi. Pada awalnya, keluarga Muslim di Prancis lebih senang mengirim anak-anaknya ke negara asal mereka (karena kebanyakan mereka imigran di Prancis) pada saat liburan. Barulah pada decade 1990-an, hal itu berubah.

Perlahan-lahan, Asosiasi Muslim Prancis mulai melibatkan diri dalam kegiatan liburan musim panas. Saat ini, sebagian masjid menggelar kursus bahasa Arab dan kajian Al Aquran. Dengan embel-embel “Perjalanan Islam,” dalam pesantren kilat inilah ajang yang cukup efektif dalam mengenalkan nilai-nilai Islam yang luas dan sebenarnya.

Yang paling berhasil dalam bidang ini adalah Muslim Scouts in France (SMF) atau kurang lebih Pramuka Muslim Prancis. Selain menggelar kemah untuk remaja, mereka juga mengadakan program pelatihan kepimpinan. Dengan melakukan ini, mereka sudah turut andil dalam mengentaskan masalah krusial Muslim di Eropa saat ini.

Bagaimana dengan biaya paket liburan ini? Ternyata tidak masalah. Banyak keluarga Muslim Prancis yang menginginkan anak-anaknya terlibat dalam liburan ini. Pasalnya, dalam kehidupan sehari-hari, sedikit sekali interaksi mereka dengan komunitas Islam.

Satu-satunya masalah besar adalah lokasi. Ini kesulitan paling besar. Karena tidak banyak tempat yang bisa dipakai untuk hal ini. Tempat liburan itu tentu saja harus ada masjid dan lapangan yang luas. Pada 9 Oktober 2007, untuk pertama kalinya, pengadilan Prancis menuntut seorang lelaki yang menolak Muslim yang berada di areanya karena mengenakan jilbab. Orang ini didenda hukuman penjara empat bulan dan 1000 Euro €. Para penyelenggara tidak ingin lagi terulang kejadian seperti ini. Apalagi sekarang tengah merebak Islamofobia di Prancis. (sa/iol)