Caitlyn Munro: Perawat Inggris Yang Terpesona Keesaan Allah Swt

Suatu hari, seorang sahabatnya yang Muslim memberikan penjelasan tentang Islam. Caitlyn perlahan-lahan menyadari, Islam tidak dapat digeneralisasi sebagai agamanya orang Arab. Ajaran Islam bersifat universal dan bersumber dari Alquran dan Nabi Muhammad SAW.

Setiap Muslim meyakini, Tuhan adalah Allah SWT, Zat Yang Maha-Esa. Allah tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Selain itu, Allah juga memiliki sifat Mahapengasih dan Mahapenyayang.

“Ini tercermin dalam ungkapan bismillahirrahmaanirrahiim. Artinya, dengan nama Allah Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang,” kata Caitlyn menirukan penuturan sahabatnya itu. Lama-kelamaan, Caitlyn merenungi agama para sahabatnya itu yang Muslim. Sebab, ia menyaksikan betapa Islam berpengaruh besar terhadap kepribadian mereka.

Di mata Caitlyn, mereka menjalani hidup dengan hati yang tenteram. Di antara mereka pun terlihat keakraban, kepedulian, dan kasih sayang. Malahan, tak jarang mereka menyertakan Caitlyn ikut dalam beberapa acara amal yang bertujuan membantu sesama. Tindakan ini menyentuh perasaannya. Caitlyn merasa, ajaran agama ini menghasilkan resonansi, kesamaan persepsi, dengan hatinya sendiri dalam memahami dunia.

Mungkin, pemahaman ini berasal dari cita-citanya sendiri. Seorang perawat yang sejati menjadikan tolong-menolong sebagai spirit utama. Sering kali, perawat mendapati kepentingan orang lain harus didahulukan daripa da dirinya sendiri. Ketulusan itu Caitlyn rasakan dari aktivitas sosial yang dilakukan sahabat-sahabat Muslimnya itu.

Pada suatu pagi 2017, Caitlyn melihat sahabatnya sedang membaca buku dengan sampul yang menarik hati. Ia pun bertanya, buku apakah itu? Karibnya itu mengatakan, itu adalah terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris. Caitlyn tertarik untuk ikut membacanya. Akhirnya, ia dipinjamkan buku tersebut. Sahabatnya itu berkata, buku ini boleh dikembalikan kepadanya kapan saja.

Seiring waktu, hubungannya dengan Islam berubah total. Kecintaan terhadap agama ini kian tumbuh hari demi hari dalam hatinya. Caitlyn terus membiasakan diri membaca buku terjemahan Alquran itu yang ia peroleh dari sahabatnya.

Caitlyn sendiri adalah seorang kutu buku. Biasanya, ia akan membaca dengan cepat dan berupaya menemukan intisari dari bacaan. Akan tetapi, hal itu tak dapat dilakukannya terhadap Alquran. Lebih tepatnya, ia tidak mau buru-buru menyudahi interaksinya dengan teks yang dianggap suci kaum Muslimin sedunia itu. “Saya sangat terpesona dengan betapa damainya ajaran Islam,” ujarnya mengenang momen itu.