Cat Stevens, di Puncak Ketenaran Peluk Islam dan Ganti Nama Menjadi Yusuf Islam

5148FVxztiLEramuslim.com – Ketenaran dan kekayaan tidak menjamin orang bisa hidup bahagia. Mungkin bagi sebagian orang ketenaran justru membuat semakin gelisah.

Hal ini dirasakan oleh musisi dunia era 70-an, Cat Stevens. Di tengah gelimang harta dan popularitas, Stevens justru merasa gelisah dengan keberadaannya di dunia ini.

Dia merasa bingung dan kerap bertanya siapa dia, mengapa terlahir ke dunia dan untuk apa?

Sejak kecil, Stevens sudah akrab dengan gemerlapnya dunia hiburan. Meski diajarkan untuk mengenal Tuhan, tapi Stevens sempat bingung karena tidak bisa melakukan kontak langsung dengan-Nya.

“Saya menerima ajaran itu, tapi tidak pernah memahaminya secara bulat-bulat,” kata Stevens mengenang.

Meski merasa bingung dengan ajaran agama yang dianutnya, Stevens tetap menerimanya. Dia harus menghormati keyakinan orangtuanya.

Karena tumbuh di lingkungan industri hiburan, Stevens mulai menggeluti dunia musik dan melupakan kebingungan terhadap ajaran agamanya.

Di pikirannya saat itu hanya satu, menjadi bintang musik pop terkenal. Dia mulai menciptakan musik dan media massa mulai meracuni pikirannya.

“Saya pikir mungkin inilah Tuhan saya, mendapat uang sebanyak-banyaknya,” kata Stevens.

Stevens lantas benar-benar menjadi penyanyi pop terkenal. Fotonya terpampang di mana-mana. Bahkan dia mulai terjerumus ke dalam narkoba dan minum-minuman keras.

Setelah setahun mencecap kesuksesan dan kenikmatan duniawi, Stevens jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itulah dia mulai berpikir apa yang baru saja terjadi? Apa saya hanya sepotong daging? Lalu mengapa hidup ini hanya untuk memuaskan daging rapuh ini?

“Saat itu saya baru sadar bahwa petaka itu merupakan berkah yang diberikan Allah untuk membuka mata saya,” ungkap dia.

cat_stevens_002Stevens pun mulai melakukan pencarian spiritual. Karena saat itu di Barat sedang tren mempelajari hal mistis dari Timur, Stevens ikut mempelajarinya. Dia mulai sadar tentang kematian. Tetapi pertanyaan dalam hatinya masih mengganggunya.

Suatu hari, saudara Stevens baru pulang dari Yerussalem dengan membawa salinan Alquran. Saudara Stevens itu mengatakan saat di sana dia pergi ke sebuah masjid dan sangat terkesan karena ramai dikunjungi orang, seperti ada denyut kehidupan di dalamnya.

“Meski dia tidak masuk Islam, dia mengatakan ada sesuatu dalam agama ini (Islam). Dia memberikan Alquran itu kepada saya,” terang dia.

Setelah menerima Alquran pemberian saudaranya, Stevens membacanya dengan antusias. Saat itulah dia merasa telah menemukan agama yang benar. Agama yang tidak seperti pandangan masyarakat Barat selama ini bahwa agama itu hanya untuk orang-orang tua.

“Di Barat, jika ada orang memeluk agama dan menjadikannya sebagai gaya hidup, maka akan dibilang fanatik.”

Sejak mengetahui kandungan Alquran, satu-satunya keinginan Stevens adalah menjadi seorang Muslim. Dari Alquran dia tahu bahwa semua nabi dan rasul yang dikirim Allah adalah untuk menyampaikan pesan yang sama.

“Saya menemukan Alquran berbeda. Ada keindahan di dalamnya. Alquran melarang menyembah bulan atau matahari tapi menyuruh untuk merenung dan mempelajarinya.”

Stevens kemudian melanjutkan membaca Alquran. Dia menemukan masalah salat, sedekah dan perbuatan baik lainnya.

Meski belum menjadi seorang Muslim, Stevens merasa Alquran adalah jawaban dari pemikiran-pemikiran yang selama ini mengganggunya dan Allah telah mengirimkan jawaban kepadanya melalui Alquran.

Stevens kemudian menemui seorang Muslimah bernama Nafisa dan mengatakan bahwa dia ingin masuk Islam. Nafisa mengajak Stevens ke Masjid New Regent.

Ketika itu tahun 1977, satu setengah tahun sesudah dia membaca Alquran pemberian saudara lelakinya. Pada hari Jumat, setelah salat Jumat, Yusuf menemui imam masjid dan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Stevens pun menjadi seorang Muslim dan berganti nama menjadi Yusuf Islam. Dia tetap bermusik, dan menjadikan lagu-lagunya sebagai media dakwah.(rz/dream)