Jaime Brown, Kisah Perempuan Amerika Yang Bersyahadat

“Saya tahu, sebagian dari (agama yang sebelumnya dia anut) tidak masuk akal, jadi saya selalu mencari jawaban  tidak berhasil. Ketika saya membaca Quran, itu masuk akal. Saya tahu semua jawaban yang saya cari ada di kitab itu,” kata Brown.

Sejak itu, Brown yang berprofesi sebagai manajer produksi film, video dan musik memutuskan meninggalkan kehidupan glamornya di Beverly Hills. Dan ia pun memilih mengemas barang-barangnya dan pergi ke Maroko yang belum pernah dikunjunginya sama sekali. “Tapi alhamdulillah, semuanya berhasil dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat,” katanya.

Brown sangat merasa spesial ketika masuk Islam dan mengenakan hijab. Bagi Brown hijab bukan sekadar syal atau kerudung. Namun, hijab menurut Brown adalah menunjukkan cara seorang wanita berperilaku, membawa dirinya sendiri, memancarkan kebijaksanaan, penuh kesopanan dan melindungi kehormatannya. Bertepatan dengan peringatan hari hijab internasional pada Senin (1/2), Brown menilai sangat penting untuk mengakui bahwa menggunakan jilbab merupakan cara hidup yang harus dianggap normal dalam masyarakat modern.

“Sejujurnya, memakai hijab adalah perasaan terbaik. Tentu, suatu hari Anda akan merasa panas atau mungkin frustrasi, tetapi perasaan itu berlalu dengan cepat. Benar-benar memberdayakan berada dalam jilbab, baik secara internal maupun eksternal. Ini bukan hanya sepotong kain, ini lebih dari itu,” katanya.

Brown juga mengomentari gerakan Islamofobia dan antihijab yang terjadi di Eropa. Menurut Brown, Prancis menjadi negara paling radikal dalam gerakan antihijab. Menurut Brown, Prancis merupakan contoh terburuk memperlakukan Muslim.

“Setiap pemerintah, memiliki kewajiban melindungi warganya  tidak menciptakan kebencian dan kebijakan yang tidak perlu dan tidak adil terhadap kelompok tertentu yang diasingkan,” katanya. (rol)