Leslie Carter: Hari Itu ke Islamic Center, Hari Itu Pula Ia Bersyahadat

Sejak usia remaja, Leslie Carter sudah menyimpan banyak pertanyaan tentang ajaran Kristen yang dianutnya, terutama “tradisi” pengakuan dosa. Ia merasa tidak nyaman ketika harus masuk ke sebuah ruangan sempit dan menceritakan tentang dosa-dosanya pada seorang pendeta, lalu pendeta itu mengatakan begini dan begitu, kemudian ia dengan mudahnya mengampuni dosa.

“Saya kira, dosa-dosa saya seharusnya adalah urusan saya sendiri dengan Tuhan” kata Carter.

Perempuan asal Irlandia itu baru masuk Islam sekira tiga tahun yang lalu, karena menikah dengan seorang pria muslim. Awalnya, Carter dan suaminya cuma saling kenal saja dan tidak pernah membicarakan agama masing-masing. Lelaki muslim–yang sekarang menjadi suaminya–itu pergi ke masjid, Carter tetap ke gereja.

“Ia merayakan Idul Fitri, saya merayakan Natal. Pokoknya, tidak ada pembicaraan soal agama,” ujar Carter.

Carter mengaku mulai banyak bertanya tentang Islam, ketika ia perlahan-lahan mulai menjauh dari ajaran Kristen. Carter mulai membaca buku-buku tentang hak-hak perempuan dalam Islam, bagaimana pandangan Islam tentang Yesus dan dari buku-buku itu Carter merasa pertanyaan-pertanyaannya di masa remaja tentang ajaran Kristen, terjawab oleh agama Islam.

Meski demikian Carter menyatakan ia tidak pernah merencanakan untuk masuk Islam. Semuanya terjadi begitu saja, spontan. Hari itu, Carter tak pernah menyangka akan menjadi seorang muslim. Di hari Carter masuk Islam, lelaki yang menjadi suaminya sekarang hendak ke Islamic Center untuk menunaikan salat. Carter yang tadinya berencana ke pasar, akhirnya ikut dengannya dan menjumpai seorang teman perempuannya yang bekerja di Islamic Center tersebut.

“Saya benar-benar tidak punya rencana untuk menjadi seorang muslim pada hari itu. Saya selalu mengatakan, mungkin saya akan masukk Islam sepuluh tahun kemudian atau apapun. Tapi ketika saya berada di sana (Islamic Center) dan mendengar lantunan azan, saya mulai menangis. Seperti ada cahaya atau sesuatu dalam hati saya. Dan saya tahu, saya tidak bisa meninggalkan masjid tanpa mendeklarasikan keimanan saya,” tutur Carter mengungkapkan kisahnya saat masuk Islam.

Hari itu juga, Carter mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslimah. Ditanya soal perbandingan ajaran Kristen dan Islam, Carter mengakui bahwa banyak ajaran kedua agama itu yang serupa. Perbedaan yang paling besar, menurut Carter, pada konsep Trinitas dan pengakuan dosa yang ada dalam ajaran Kristen.

Sebagai orang Irlandia, Carter berusaha membedakan antara latar belakang kebangsaannya dengan agama Islam yang dianutnya. “Saya selalu menganggap diri saya sebagai orang Irlandia tulen, tapi yang memeluk agama Islam. Antara latar belakang kebangsaan dan agama tidak bisa disatukan, karena saya melihat beragam bangsa yang memasukkan unsur budayanya ke dalam agama,” jelas Carter.

Setelah menjadi muslim, Carter mengaku tidak selalu mengenakan jilbab, tapi ia selalu menghindari pakaian yang terbuka dan ketat. Sekarang ia bekerja di departemen perempuan di Islamic Cultural Center di Irlandia, yang dibangun dan didanai oleh Yayasan Al-Maktoum dari Dubai.

Carter tidak pernyah menyangka, akhirnya ia akan menjadi seorang muslimah. Sejak masa remaja, yang sering ia dengar adalah perkataan-perkataan bernuansa rasial terhadap komunitas Muslim. Sekarang ia paham, bahwa orang-orang yang mencela Islam karena kuran pendidikan, kurang moralitasnya dan kurang penghormatannya pada kelompok masyarakat lain.

Sekarang, kata Carter, banyak orang yang datang ke Islamic Center tempatnya bekerja, hanya untuk meminta Al-Quran. “Al-Quran itu untuk mengklarifikasi apa yang tidak mereka tahu selama ini,” ujar Carter.

Pasca serangan 11 September 2001 di AS, di Irlandia sempat muncul gelombang kecurigaan dan kebencian terhadap muslim. “Tapi banyak juga orang yang akhirnya berpaling ke Islam, mereka masuk Islam. Mereka yang belum masuk Islam melihat begitu banyak orang yang masuk Islam dan berpikir, ‘Pasti ada sesuatu yang indah sehingga banyak orang yang pindah agama (Islam),” papar Carter. Irlandia bukan negara yang sangat luas, tapi di negeri itu tercatat terdapat 23.000 orang yang masuk Islam.

Di rumah, Carter berusaha menanamkan gaya hidup islami pada putrinya sejak usia dini. Sekarang, putrinya yang masih berusia lima tahun, saat menonton tv dan melihat perempuan yang mengenakan busana agak terbuka, ia langsung berteriak “Haram, ganti saluran tivi-nya!”.

Putri kecil Carter juga tidak suka mengenakan baju yang panjangnya di atas dengkul. Ia lebih suka mengenakan gaun panjang yang menutup kakinya. “Begitulah dia, dan cara telah ia pilih,” kata Carter tentang putrinya. (kw/oi)