Roxane Uddin: Islam Membuat Kehidupanku Jadi Lebih Baik

Pada tahun 2010, Swansea University di Inggris merilis hasil studinya yang menunjukkan indikasi makin meningkatnya jumlah orang Inggris kulit putih yang masuk Islam.

Studi yang dilakukan atas kerjasama dengan organisasi Faith Matters itu, menggunakan hasil sensus tentang orang-orang Skotlandia yang masuk Islam sejak tahun 2001. Dari data tersebut diketahui, jumlah orang Inggris yang menjadi mualaf sekitar 5.200 orang dan hampir setengahnya adalah kaum perempuan dari kalangan kulit putih.

Salah satu perempuan Inggris yang masuk Islam adalah Roxanne Uddin. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 2007 di sebuah masjid di East London karena akan menikah dengan kekasihnya, Ali.

Roxane dan Ali bertemu di perguruan tinggi tempat mereka kuliah. Roxane mengakui hidupnya berubah menjadi lebih baik setelah masuk Islam dan menikah dengan lelaki muslim.

"Saya melakukan banyak hal yang buruk di masa lalu, saya memutuskan masuk Islam, lalu saya dan kekasih saya memutuskan untuk menikah. Islam dan pernikahan mengubah hidup saya, dan menjadikan hidup saya lebih baik, buat saya dan keluarga saya," ungkap Roxane.

"Saya jadi berhenti minum minuman keras dan berhenti merokok, tapi saya tidak punya banyak teman yang dulu sudah merampas kepribadian saya, Saya berasal dari latar belakang pergaulan yang kurang baik. Saya kabur dari rumah pada usia 15 tahun dan saya terpaksa lebih cepat dewasa …"

"Waktu itu, saya tidak punya banyak teman yang baik. Kegiatan saya cuma kuliah, keluyuran dan perlaku saya sungguh buruk," tuturnya.

Roxane mengatakan bahwa suaminya tidak memaksanya untuk pindah agama tapi dirinya sendiri yang merasa tertarik dengan Islam setelah melihat Ali salat dan mendengarnya membaca Al-Quran. Rasa ingin tahu Roxane muncul dan membuatnya ingin lebih jauh mengenal Islam.

Setelah masuk Islam pada tahun 2007, Roxane memberitahu keluarganya tentang keislamannya. Awalnya, keluarga Roxane syok. Tapi seiring berjalannya waktu, keluarga Roxane akhirnya bisa menerima keislamannya.

"Keluarga saya pasti datang dan ikut merayakan Idul Fitri bersama keluarga kami. Ramadan tahun lalu, kakak perempuan saya datang dan ikut berpuasa. Ia ingin tahu bagaimana rasanya berpuasa. Beberapa orang dari keluarga saya juga ikut berpuasa, kami semua menikmatinya," ujar Roxane.

Yang masih menjadi persoalan justru dari pihak keluarga Ali, suami Roxane, yang tidak menyetujui pernikahan Ali dengan Roxane. Keluarga Ali, sesuai kultur budaya mereka, sudah menyiapkan pernikahan atas dasar perjodohan buat Ali.

Tapi sikap keluarga Ali sedikit demi sedikit berubah, apalagi Rahim–putera Roxane dan Ali–lahir dan Roxane bertemu dengan keluarga besar Ali pada tahun 2008-2009. "Saya merasa takut, sangat takut saat akan bertemu. Tapi ternyata mereka sangat baik, sikap mereka sangat berbeda dengan budaya Barat dimana saya pernah dibesarkan," tukas Roxane

"Keluarga Ali menjamu kami dengan aneka masakan dan membuat kami benar-benar merasa diterima dan merasa nyaman. Saya agak tercengang saat bertemu mereka, tapi saya jadi sedikit rileks di tengah mereka," sambung Roxane.

Sejak pertemuan pertama, hubungan Roxane dan keluarga suaminya menjadi erat dan itu membantu Roxane dalam menjalani kehidupannya sebagai mualaf. Sampai hari ini, Roxane masih terus belajar tentang Islam, terutama belajar Al-Quran. (ln/rhm.org)