Dakwah dan Ruqyah

Assalamu’alaikum wr. wb.

Ustadz Ahmad Yani yang saya hormati. Alhamdulillah, saya bisa terus aktif dalam kegiatan dakwah. Walaupun, masih pada taraf kecil.

Beberapa bulan terakhir, masyarakat sekitar rumah sering meminta saya untuk meruqyah mereka yang mengalami gangguan jin. Buat saya tidak masalah. Justru masalah muncul dengan cap yang diberikan masyarakat kepada saya, walaupun hal itu sebenarnya positif. Cap itu adalah saya lebih dikenal sebagai dai untuk dunia ghaib daripada dunia nyata.

Terus terang, saya ingin melepas cap itu. Tapi, saya nggak tega kalau menolak permintaan untuk meruqyah mereka yang membutuhkan. Bagaimana menurut Ustadz?

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Wa’alaikumussalam wr. wb.

Kalau manusia boleh diumpamakan seperti komputer, maka komputer itu seringkali terserang oleh virus, bahkan bisa jadi virus itu sangat berbahaya sampai bisa merusak sistem komputer dan menghilangkan data. Dalam keadaan seperti itu, kita perlu mendatangkan orang yang ahli, misalnya untuk menginstal anti virus yang lebih baik agar bisa dibersihkan dan komputer telah memiliki anti virus yang baik.

Oleh karena itu gangguan jin yang membuat manusia jadi kesurupan sama saja seperti virus. Seorang da’i yang melakukan ruqyah adalah untuk mengusir jin yang mengganggu manusia dengan pendektan yang islami, namun ia tidak berhenti sampai disitu, tapi justeru harus melanjutkan dengan menanamkan anti virus yang harus dipergunakan setiap saat. Ini berarti, ruqyah bisa kita jadikan momentum untuk memulai dakwah kepada seseorang agar ia menjadi muslim yang baik dan tidak mudah dirasuki atau diganggu oleh syaitan. Dengan dakwah yang kita lakukan, diharapkan orang yang kita dakwahi (mad’u) menjadi manusia yang bersih jiwanya dan memiliki kekuatan rohani yang memadai, sesuatu yang amat dibutuhkan oleh setiap manusia.

Bila antum dikesankan menjadi ustadz dunia ghaib, maka antum juga harus menunjukkan sebagai da’i dunia nyata, bukan ustadz yang semula ustadz dunia nyata justeru sekarang menjadi ustadz dunia ghaib. Oleh karena itu, objek dakwah yang banyak dan beragam, membuat dakwah harus dilakukan dengan jumlah da’i yang banyak dan para da’i harus bisa menjalin kerjasama yang baik (amal jama’i). Dengan demikian menjadi sangat aneh bila dalam jamaah dakwah justeru tidak ada amal jama’i, apalagi bila orang yang belum bergabung dalam barisan dakwah hendak direkrut sementara yang sudah bergabung malah tidak dioptimalkan, apalagi sampai “disingkirkan” hanya karena persoaloan-persoalan kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan bila semua mau kembali kepada keaslian dakwah.

Agar kita tidak terjebak pada permainan syaitan, apalagi bila sebagai da’i malah menjadi sulit dibedakan dengan dukun, maka beberapa langkah harus dilakukan dalam kerangka amal jama’i. Pertama, siapkan tenaga pembina dalam jumlah yang cukup. Para pembina harus memiliki kepribadian yang shaleh, wawasan keislaman yang luas dan memiliki kemampuan atau keahlian dalam dakwah. Dengan kriteri pembina seperti itu, maka ia harus memiliki kesiapan untuk membina masyarakat. Kedua, lakukan komitmen kepada orang yang telah diruqyah agar mau mengikuti pembinaan yang terus menerus agar ia juga memiliki kekuatan rohani dan kemampuan meruqyah dirinya sendiri bahkan syaitan tidak akan berhasil menggodanya. Ketiga, kembangkan materi dan pola pembinaan sesuai dengan jamaah yang dihadapi sehingga para jamaah antusias dan merasakan manfaatnya.

Dengan demikian, aktivitas ruqyah bisa kita jadikan sebagai sarana merekrut kader-kader dakwah yang bisa jadi latar belakang mereka amat variatif. Bila ini yang kita lakukan sebagai kelanjutan dari ruqyah, maka insya Allah kita tidak bisa dikendalikan oleh syaitan tapi justeru kita yang mengendalikannya.