Adakah Keinginan Mencapai Kemuliaan?

Tak terasa perjalanan waktu begitu cepat. Hari ini, Jum’at telah masuk 1 Rajab, dan segera akan menjelang Ramadhan. Ramadhan akan menjelang, dan ini merupakan dambaan bagi setiap mukmin. Mereka yang merasakan nikmatnya Ramadhan, segera akan menemukannya.

Perputaran waktu begitu cepat. Tak terasa sudah satu tahun, Ramadhan yang telah kita tingggalkan, dan akan bertemu kembali dengan Ramadhan. Tetapi, betapa saudara kita se-iman, yang mungkin tidak dapat lagi bertemu dengan bulan Ramadhan mendatang, karena Allah telah memanggilnya.

Maka, doa yang harus dilakukan setiap menjelang Ramadhan, di bulan Rajab, ""Allahuma Bariklana Fi Rojaba Wa Sya’ban Wa Balighna Ramadhan". "Ya Alalh berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukan kami dengan Ramadhan".

Ramadhan menjadi wasilah (sarana) memperbaiki kembali kehidupan kita. Selama satu tahun, kita melakukan berbagai aktivitas kehidupan, tanpa henti. Kita terus mengikuti perputaran waktu, dan aktivitas, yang terus menerus tanpa henti, yang terkadang melalaikan. Kita menghabiskan waktu, dari detik, menit, jam, hari, dan kemudian berlangsung satu tahun.

Berapa banyak aktivitas yang kita lakukan selama satu tahun itu, antara aktivitas yang berorientasi untuk kepentingan duniawi dibandingkan dengan aktivitas yang orientasi untuk ukhrowi. Sangat sedikit sekali aktivitas yang kita lakukan yang kita orientasikan untuk ukhrowi. Aktivitas ibadah, mengingat Allah, menuju ketaatan kepada Allah, membersihkan diri dari dosa-dosa, yang sampai kepada diri setiap saat.

Terkadang kehidupan kita selalu berinteraksi dengan dosa-dosa, yang sengaja kita produksi dan kita menciptakannya. Dengan tujuan yang berbeda-beda. Tanpa kita mengerti akibatnya. Tetapi, banyak yang  kemudian menjadi fakta-fakta kehidupan, yang akhirnya menjadi manusia masuk ke dalam jurang kenistaan yang sangat hina.

Betapa banyak manusia sekarang ini, yang terus-menerus dan dengan penuh kesadaran, melakkukan apa yang disebut dengan "moral hazard", kejahatan moral, tanpa merasa bersalah. Sekarang di seluruh lini kehidupan telah terjadi "moral hazard", tanpa henti, dan banyak yang merasa menikmati dengan kegiatan "moral hazard", dan mereka terus melakukannya. Tanpa malu sedikitpun.

Kembalilah. Ramadhan menjadi wasilah untuk melakukan "tazkiyyatun nufs" membersihkan jiwa kita dari segala daki kotoran kehidupan yang sengaja kita produksi. Ketahuilah, kehidupan ini hanyalah singkat, dan akan kita tinggalkan. Bekal apa yang kia bawa kehadapan Rabbul Alamin nanti? 

Tidak ada yang dapat kita bawa ketika kita meninggalkan dunia yang fana ini, menuju kehidupan akhirat, kecuali amal kebajikan yang akan kita bawa. Semua obsesi kita tentang dunia, semua akan pupus dan berakhir bersamaan dengan  datangnya kematian. Apakah kita akan terus-menerus berkubang dalam moral hazard?

Sekarang sudah memasuki 1 Rajab. Awal menjelang Ramadhan. Kita bisa ‘prepare" menghadapi Ramadhan dengan melakukan banyak beramal shalih. Membaca al-Qur’an, berpuasa, berzikir, bermunajat dan bermohon ampun kepada Allah Rabbul alamin, dan meninggalkan segala bentuk "moral hazard", selagi Allah masih memberikan umur kepada kita.

Semoga kita menyadari kehidupan ini, yang tidak akan terlalu lama, dan kita mengantarkan kehidupan kita yang akan menuju kehidupan akhirat dengan jalan yang lebih bersih, dan akan mendapatkan janji dari Allah Azza Wa Jalla, yaitu kemuliaan. Wallahu’alam.