Alumni 212 Bukan Pendorong Mobil Mogok

Dalam kasus politik praktis saat ini, hal ini bisa kita lihat dengan jelas. Di mata orang-orang seperti ini, banyaknya umat Islam Indonesia dilihatnya sebagai kumpulan potensial untuk  mendorong mobil yang mogok, yang ketika mobil sudah berjalan, maka umat Islam akan dilupakan mentah-mentah. Sejarah negeri ini sudah beberapa kali membuktikan hal itu, dari zaman Soekarno hingga zaman (yang katanya) Reformasi. Tidak percaya? Lihat saja sekarang, yang beberapa bulan lalu terang-terangan menjadi pembela penista agama Islam, yang mengkriminalisasikan para ulama, hari ini mengaku-aku haji, berdarah pesantren, kemana-mana pakai peci, baju koko, dan menyelempangkan sarung di lehernya. Kata Habib Nabil al-Musawwa, mereka ini kaum munafik dan umat Islam harus berhati-hati pada kaum munafikin seperti ini.

Lantas bagaimana caranya agar negeri ini kembali kepangkuan pemiliknya yang asli dan tidak terus-menerus dikangkangi boneka-boneka asing yang keserakahannya tanpa batas memperkosa sumber daya alam dan sumber daya manusia demi mengenyangkan perut mereka yang tidak pernah merasa kenyang?

Inilah tugas dari para tokoh Islam, para ulama, para cerdik pandai, dan tugas dari setiap kaum Muslimin di negeri ini. Para tokoh Islam, ulama, dan para cerdik pandai harus mendidik umat tauhid ini dengan benar dan keras, penuh dedikasi demi meninggikan kalimat Allah. Jangan kalah dengan para Pastor Jesuit dan Fransiskan yang rela hidup berkubang kemiskinan dan kemelaratan, hidup dan berjuang di sisi kaum miskin, demi menghidupkan ajarannya di dalam dada mereka seperti yang dilakukan para pastor Jesuit dan Fransiskan di Amerika Latin, bahkan sampai terbunuh oleh rezim penguasa diktator yang mereka lawan. Para ustadz dan ulama seharusnya seperti ini, bukan malah meneladani para selebritis yang kesehariannya hanya sibuk pencitraan dan hidup di dalam mahligai istana dan sorot lampu kamera. Ingat, Rasulullah itu orang yang kaya, namun Beliau hidup penuh kesederhanaan,  malah menderita, dan semua kekayaannya dihibahkan di jalan Allah. Bukan jalan para produser atau pengusaha kapitalis.