Amerika yang Bangkrut

Amerika telah bangkrut. Tidak ada lagi mitos sebagai superioritas. Sebagai adidaya. Negeri Paman Sam ini menuju kehidupan pariah. Kesombongan yang dipertontonkan Presiden George Walker Bush telah berakhir. Menjelang akhir kekuasaannya George W.Bush hanya menyisakan cemoohan oleh bangsanya sendiri.

Di Iraq Presiden Bush telah gagal. Menteri Pertahanan Robert Gate dan Jendral David Petraeus, Panglima Komandan Pasukan AS di Iraq, menyatakan: “Amerika telah kalah di Iraq”, tegasnya. Amerika tidak lagi seperti ketika menyerbu Iraq. Di mana Presiden Bush dengan gagahnya mengumumkan perang terhadap rejim Saddam Husien. Sesudah hampir lima tahun, tak berhasil menciptakan stabilitas. Kekacauan terus berkecamuk. Tentara Amerika banyak yang mati di negeri 1001 malam itu. Presiden Bush dengan malu mengumumkan menarik 8.000, dan akan dipindahkan ke Afghanistan.

Di Afghanistan Amerika dan sekutunya terseok-seok. Menghadapi Taliban. Tak berdaya. Armada daratnya tak ampuh. Untuk menghadapi Taliban menggunakan serangan udara. Justru banyak salah sasaran. Warga sipil banyak yang mati. Bukan Taliban. Di sebuah buku yang ditulis seorang peniliti Pakistan, yang berjudul: Afghanistan: “Taliban Return and Future Scenario”, menjelaskan bahwa tentara Amerika dan Nato, tidak bakal memenangkan perang. Afghanistan mempunyai pengalaman panjang dalam perang. Pernah menaklukan pasukan Inggris, dan terakhir imperium Soviet. Jadi di dalam buku digambarkan, Taliban akan kembali mengambil alih kekuasasan.

Amerika menghadapi serangan alam. Lebih dahsyat. Badai tropis telah memporak-porandakan pantai Mexico, dan beberapa negara bagian, terutama Lousiana. Negara bagian ini luluh lantak. Melebihi serangan militer yang menggunakan senjata atom, seperti yang pernah dijatuhkan Amerika di Nagasaki dan Hiroshima, waktu Perang Dunia II. Malapetaka telah mengakibatkan hancurnya bangunan, infrastruktur, dan rumah-rumah penduduk, dan nilai kerugian mencapai puluhan milyar dolar.

Di tengah-tengah amukan badai tropis yang sangat dahsyat itu, terjadi peristiwa yang lebih dahsyat, dan dampaknya bersifat global, yaitu bangkrutnya perusahaan jasa sekuritas Lehman Brothers. Lembaga sekuritas ini mengalami pailit, dan tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar utang sebesar 635 milyar dolar. Kejatuhan lembaga sekuritas Lehman Brothers ini mengisyaratkan, bahwa Amerika benar-benar diujung kebangkrutan. Bahkan, sistem Kapitalisme yang menjadi dasar ideologi global, menunjukkan kerapuhannya.

Lehman Brothers didirikan seorang keturunan Yahudi Jerman, yang berimigrasi ke Amerika, bernama Henry Lehman, ke Alabama, tahun l844. Lehman yang mula-mula membuka toko kecil di Alabama itu, bersama saudara Emanuel dan Meyer, selanjutnya membuka kantor di New York, tahun l858. Usaha kelompok keturunan Yahudi Jerman ini berkembang, dan menuai akhir perjalanannya saat lembaga itu di bawah seorang CEO, Richard Fuld, ylang bergabung sejak tahun 1969. Kebangkrutan Lehman Brothers ini, peristiwa krisis yang terakhir. Krisis ini terus belanjut dan dampaknya sangat luas.Kini, harga saham Lehman di pasar modal tinggal 21 sen dollar. Padahal, sebelumnya harga saham Lehman di pasar modal 67, 73 dolar.

Ancaman kebangkrutan masih terus berlanjut termasuk terhadap perusahaan jasa keuangan Merrill Lynch. Sementara Federal Reserve (Fed) Bank Sentral Amerika, menalangi AIG (Amerika International Group) perusahaan asuransi terbesar di dunia, sebesar 87 milyar dolar. Ini menjaga agar perusahaan jasa asuransi itu tidak ikut bangkrut.

Kebangkrutan Amerika ini akibat sistem dan ideologi yang ‘fasad’ rusak dan bathil. Semua yang rusak dan bathil itu, pasti akan menghancurkan dirinya. “Mereka mendapatkan tulah (akibat) dari kerakusan sendiri, yang sangat berlebihan dalam mencari untung, tanpa mempertimbangkan resiko”, ujar Prof.Michael Sabino, profesor bisnis dari St. Jonh’s University.

Kebangkrutan politik dan ekonomi yang terjadi di Amerika saat ini, menunjukkan kegagalan sistem materialisme yang nyata. Perlu perubahan yang mendasar dalam sistem kehidupan umat manusia dewasa ini. Tidak lagi terus berkiblat kepada sistem kepitalisme yang sangat materliastik. Semua ini bersumber dari faham dan pandangan Yahudi.
Wallahu ‘alam.