Kristen Bukan Agama Kasih

Kekejaman yang tanpa batas oleh Anders Behring Breivik hanya membenarkan secara empirik (ilmiah) bahwa agama Kristen bukan agama kasih. Bukan agama toleran. Bukan agama yang mengakui hak-hak hidup golongan agama lainnya. Bukan agama yang mengakui multikulturalisme.

Ekpressi Anders Behring Breivik seperti para penguasa Krisrten di abad pertengahan, yang begitu kejam terhadap golongan lainnya. Menggunakan kekuasaan Gereja memusnahkan seluruh golongan dan kelompok diluar Kristen. Tanpa batas. Tidak ada lagi belas kasihan mereka. Semuanya harus musnah atau menjadi Kristen.

Para penganut Kristen  secara konsisten menolak hak-hak hidup golongan lainnya. Karena dalam pandangan mereka, golongan lainnya itu seperti "domba-domba", yang harus digembalakan. "Domba-domba" yang harus dibaptis, dan masuk alam kehidupan "Trinitas". Karena itu, Kristen sepanjang sejarahnya selalu, menolak eksistensi golongan lainnya, baik dengan cara halus atau kekerasan.

Sebenarnya, gejala di Eropa yang muncul gerakan anti multikulturalisme itu, sejak akhir Perang Dingin, dan mereka melakukan gerakan yang sangat sistematik, bagaimana menguatkan gerakan mereka menjadi sebuah gerakan yang akan mempunyai gaung di seluruh Eropa. Mereka yang mempunyai misi "Penyelamatan" bagi Eropa agar, tidak dimasuki oleh "kotoran najis", yaitu imigran Muslim, yang mengancam eksistensi mereka. Inilah dasar mereka melakukan tindakan kejam, seperti yang dilakukan oleh Anders Behring Breivik.

Sebelum pembantaian yang dilakukan Behring di Oslo, Norwegia, sudah sangat jelas, nampak pesan yang lahir dari gerakan politik di seluruh daratan Uni Eropa. Di mulai dari Belanda. Seperti dentang Gereja, yang menggaung ke seluruh daratan Eropa, yang menyatakan perang terhadap imigran Muslim, dan gerakan penyelamatan bagi masa depan Eropa, yang mungkin adanya penguasaan oleh  imigran yang datang.

Adalah Geerd Wilders yang mendirikan partai "Sayap Kanan" di Belanda, yang mula-mula tidak dikenal, dan dengan misinya yang ingin menghabisi imigran Muslim di negeri Kincir itu, tiba-tiba mendapatkan dukungan seperti air bah. Sekarang Partai "Sayap Kanan" yang dipimpin Wilders ini menjadi penentu politik dalam pemerintahan Belanda. Karena Partai "Sayap Kanan" Wilders, yang menentukan nasib partai yang berkuasa di Belanda, maka skenario "pembersihan" imigran Muslim di Belanda berjalan, dan berlangsung dengan cepat. Gerakan dan kampanye anti imigran berlangsung secara massif di Belanda.

Sekarang pengaruh Geerd Wilders ini bukan hanya di Belanda semata, tetapi sudah merambah ke seluruh daratan Eropa, Partai-partai "Sayap Kanan" di Eropa yang dahulunya hanyalah partai gurem, sekarang menjadi kekuatan politik baru, yang sangat diperhitungkan oleh seluruh kekuatan politik lainnya. Tidak ada partai pemenang pemilu di Eropa, yang tidak memperhitungkan kekuatan politik Partai "Sayap Kanan". Seluruh kekuatan politik di Eropa sekarang yang memenangkan pemilu, pasti akan menggandeng Partai "Sayap Kanan" menjai mitra dalam pemeritahannya. Dengan masuknya Partai "Sayap Kanan" di sebuah negara, secara otomatis akan mempengaruhi dan mengubah kebijakan dasarnya, terutama yang terkait dengan imigran Muslim.

Seperti di Perancis Partai "Sayap Kanan" yang dipimpin Le Pen, yang begitu bencinya terhadap Islam, dan dengan sangat radikal  telah mengubah seluruh kebijakan pemerintah Perancis terkait dengan para imigran Muslim. Termasuk larangan menggunakan kerudung "hijab dan cadar", yang dinilai sebagai simbol dari Islam, yang eksklusif. Tetapi, pemerintah Perancis dan kalangan swasta di negeri itu, bukan hanya melarang simbol-simbol Islam, tetapi mereka membatasi lapangan kerja yang dibolehkan dimasuki oleh Muslim. Akhirnya terjadinya "Segregasi" pemisahan terhadap imigran Muslim di seluruh darata Eropa. Mereka seperti benda "kotor dan najis", yang harus dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini hanya terjadi di Afrika. Di masa rezim apartheid.

Sekarang tidak lagi hanya gerakan politik seperti yang dilakukan kelompok "Sayap Kanan" dalam partai-partai politik di Eropa, tetapi memasuki tahapan yang lebih ekstrims dengan melakukan pemusnahan dengan pembantaian terhadap siapa saja, yang mempunyai hubungan dengan pengaruh imigran Muslim. Seperti yang terjadi di Oslo, Norwegia, di mana akumulasi dan puncak penolakan golongan Kristen itu, sangat gamblang di ekspressikan oleh Anders Behring Breivik dengan melakukan pemusnahan dan pembantaian secara kejam dan biadab. Penguasa Partai Buruh di Norwegia, di nilai Anders tidak mampu melindungi negeri dari pengaruh imigran Muslim, maka langkah kekejaman itu dilakukannya dengang ekstrim. Membunuh lebih 90 kader muda Partai Buruh, yang sedang mengadkan "Summer Camp", dan ini merupakan sebuah "warning" yang sangat jelas kepada siapa saja, yang mempunyai pandangan terbuka dan bersifat multikulturalisme.

Anders Behring Breivik menjadi pembuhun tunggal yang menewaskan hampir 100 orang. Secara keji. George Walker Bush membantai jutaan orang Irak dan Afghanistan dengan meneriakkan sebagai "Crusade" perang Salib, dan pembantaian terhadap Irak dan Afghanistan sampai sekarang belum berakhir. Bahkan merambah ke Pakistan, Yaman, Somalia, dan negeri-negeri Muslim lainnya. Dengan kedok perang melawan terorisme dan al-Qaidah.

Sejatinya Geerd Wilders, Le Pen, Anders Behring Breivik, dan George Bush, adalah merupaka perwujudkan dari para penguasa Kristen di abad pertengan yang ingin memusnahkan golongan-golongan  di luar Kristen dengan cara apa saja.

Sejatinya peristiwa yang terjadi di Oslo, Irak, Afghanistan, Palestina dan negeri-negeri lainnya, hanyalah membuka kedok agama Kristen, yang hakikatnya bukan lah agama Kasih. Kristen adalah agama yang penuh dengan darah dan kekejaman.

Sementara itu, di Indonesia mereka meneriakkan toleransi, kerukunan, dialog antar iman, yang mengajak saling menghormati. Karena mereka masih minoritas. Kalau mereka mayoritas pasti akan melakukan tindakan seperti Aders Breivik.

Mereka masih minoritas pun sudah melakukan  kekejaman terhadap umat Islam seperti di Poso, Ambon, dan Maluku Utara. Wallahlu’alam.