Mendiamkan Kemungkaran Membawa Bencana

Kufr (kekafiran), fusuq (kefasikan dan ‘isyhyan (kemaksiatan) adalah penyebab keburukan dan permusuhan, maka adakalanya seseorang atau kelompok melakukan perbuatan dosa, sedangkan segolongan yang lainnya tidak mau memerintahkan yang ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, maka sikap seperti itu termasuk dosa.

Tidak adanya nahyul mungkar itulah yang akan menyebabkan terjadinya perpecahan, perselisihan, serta berbagai bentuk keburukan dalam kehidupan. Bencana dan keburukan terbesar baik di zaman dahulu, maupun sekarang, karena memang manusia cenderung berbuat kezaliman. Sekarang, kezaliman dan kebodohan telah terjadi di seluruh lapisan kehidupan. Tak ada keinginan dengan sunguh-sungguh mencegah dan melarang segala bentuk kezaliman dan kebodohan, dan justru semuanya itu dibiarkan, seakan kehidupan ini sudah dikooptasi oleh sifat yang zalim dan bodoh dari manusia.

Barangsiapa yang merenungkan berbagai bencana yang terjadi, maka tak lain faktor penyebabnya adalah kezaliman dan kebodohan. Ibn Taimiyah melihat bahwa bencana yang terjadi di antara para pemimpin umat dan para ulamanya serta siapa saja yang masuk dalam kategori itu, termasuk dari kalangan raja dan masyayikh (ulama) berikut orang-orang yang mengikuti mereka dari masyarakat awam, dan semuanya berakar dari faktor itu.

Termasuk adanya fitnah tersebut berbagai faktor kesesatan berupa ‘hawa nafsu yang berkedok keagamaan’ (al Ahwa’ ad-Diniyah). Sekarang berbagai kezaliman dan kebodohan, dan adanya berbagai penyimpangan terhadap mabadi’ (prinsip-prinsip) Islami, berkembang biak di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak ada lagi kehidupan yang tenteram dan jiwa yang tenteram (qolbun salim). Inilah yang akan membawa malapetaka dalam kehidupan. Saling fitnah dan membenci telah merasuk dalam kehidupan yang nyata.

Manusia telah dirasuki jiwa yang disebut ‘As-Syuh’ yang artinya kerakusan jiwa yang sangat besar, dan menyebabkan kebakhilan (tidak ada rasa belas kasihan) terhadap orang-orang yang lemah, menahan apa yang dikuasainya, mengambil harta orang lain dengan zalim, yang menyebabkan terputusanya kekerabatan dan menyebebkan kedengkian, rasa tidak suka terhadap apa yang dimiliki orang lain.

Menurut Ibn Taimiyah ada tiga jenis dosa, pertama, dosa yang berisi kezaliman terhadap manusia, seperti kezaliman dengan mengambil harta, menghalangi hak-hak, dengki, tamak dan rakus, membiarkan kerusakan dan kemungkaran oleh seorang penguasa. Kedua, dosa yang berisi kezaliman terhadap diri sendiri, seperti minum kamr dan zina. Apabila kemudharatan kedua tidak melampaui batas. Ketiga, dosa yang didalamnya berhimpun dua perkara tersebut. Seperti, pejabat yang mengambil harta manusia dengan cara yang zalim, lalu melakukan perbuatan dosa lainnya, seperti meminum kamr dan berzina. Inilah yang akan menyebabkan terjadinya bencana.

Dan, sekarang ini banyak manusia yang memiliki sifat ‘As-Syuh’, rakus, tamak, bakhil, dan menahan apa yang telah dikuasainya, dan kemudian mengibatkan terjadinya bencana yang dahsyat, dan itu diawalinya semakin banyak orang yang fakir, dan terlantarkan hak-haknya, serta tidak mendapatkan adanya keadilan. Karena golongan ‘As-Syuh’ itu telah menjadi penguasa yang sejati dalam kehidupan.

Maka, ketika menjelang akhir masa pemerintahan Khalifah Utsman dan Ali, kebanhyakan berada pada bagian terakhir, kaerna dalam diri mereka terdapat syahwat dan syubhat, serta ditutupi dengan iman dan agama, dan itu semua terdapat dalam diri sebagian para pejabat dan sebagian rakyat (umat). Dan, munculllah fintah yang penyebabnya, yaitu tidak adanya ketakwaan dan ketaatan, serta bercampur-baurnya antara takwa dan taat dengan hawa nafsu dan kemaksiatan diantaranya kalangan pemimpin dan umat.

Sementara itu, masing-masing mentakwilkan bhwa fihaknya memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran, dan pihaknya berada dalam kebenaran dan keadilan. Ada jenis hawa nafsu yang menyertai takwil tersebut, lalu terdapat sejenis persangkaan dan keinginan nafsu. Meskipun, salah satu dari masing-masing itu mengklaim lebih dekat dengan kebenaran.

Inilah keadaan yang terjadi hari ini yang akan terus berlanjut, di masa-masa yang akan datang. Semuanya akan menyebabkan terjadinya bencana. Wallahu ‘alam.