Penjara Terbesar di Dunia

Tantangan kemanusiaan terbesar abad ini adalah membebaskan rakyat Palestina dari belenggu penjajahan dan perbudakan yang dilakukan Zionis-Israel. Rejim Zionis itu menciptakan penjara besar yang menyebabkan hampir 2 juta penduduk di Gaza, praktis seperti hidup dalam penjara. Mereka lumpuh secara total. Mereka hampir tidak dapat melakukan aktivitas apa-apa.Akibat blokade yang dilakukan rejim Zionis.

Lebih tragis lagi bagi rakyat Palestina,negara tetangganya yang sama-sama muslim, dan berhadapan langsung, tak mau membuka akses keluar, karena terikat perjanjian dengan Israel. Mesir menutup perbatasannya. Inilah sebuah bangsa yang dibiarkan oleh masyarakat internasional, mati secara perlahan-lahan, akibat politik isolasi rejim Zionis, dan masyarakat internasional, tak satupun yang membelanya.

Afrika Selatan, yang mengalami perbudakan dan penjajahan, dan politik apartheid, yang dilakukan para penjajah kulit putih, selama puluhan tahun, akhirnya merdeka. Mereka bebas, dan menikmati kemerdekaan. Solidaritas masyarakat internasional yang kuat, secara bersama-sama membebaskan mereka dari penjajahan kaum kulit putih.

Tokoh utamanya Nelson Mandela, yang dipenjarakan, disebuah pulau, dibebaskan dan terpilih menjadi presiden pertama Afrika Selatan. Sampai sekarang Nelson Mandela, masih mendapatkan penghormatan. Dalam kaitannya Afrika Selatan, masyarakat internasioanal, dan lembaga-lembaga multilateral,seperti PBB, ikut terlibat dalam pembebasan Afrika Selatan. Di mana selama puluhan tahun, di masa penjajahan itu, berlangsung politik apartheid dan segregasi. Apartheid, tak lain adalah supreme kulit putih terhadap kulit hitam dalam seluruh lapangan kehidupan. Bukan hanya itu. Pandangan, yang sangat patologis, terhadap masyarakat kulit hitam yang dipandang hina, tidak bermartabat, dan tidak memiliki kesejajaran dengan kelompok masyarakat kulit putih. Karena itu, lahir politik segregasi (pemisahan), di kantor, di hotel, di pasar-pasar, di bus-bus dan tempat umum lainnya, tidak boleh bercampur orang-orang kulit hitam dengan kulit putih. Penolakan manusia atas manusia, yang sebenarnya tak layak. Tapi, hal ini terjadi di Afrika Selatan.

Apartheid dan segregasi yang berlangsung puluhan tahun telah berakhir. Inilah sebuah era baru dalam kehidupan masyarakat internasional, di mana tidak ada lagi apartheid dan segregasi sesama kelompok masyarakat. Antara kelompok masyarakat hitam dan putih, sekarang memiliki ‘equality’ (persamaan), tak ada lagi perbedaan berdasarkan warna kulit. Meskipun, sisa-sisa dan pengaruh masa penjajahan yang dilakukan kelompok kulit putih belum terhapus, khususnya secara psyochologis, dikalangan masyarakat kulit hitam di Afrika Selatan. Orang-orang kulit hitam di Afrika Selatan, sekarang memerintah secara bebas negaranya, tak ada lagi restriksi (pembatasan) terhadap mereka. Afrika mengalami perkembangan dalam beberapa tahun ini, bahkan di Afrika Selatan, transformasi politik telah terjadi kepemimpinan. Nelson Mandela sebagai generasi pertama telah beralih kepada yang baru Tambo Beki. Negara yang menghasilkan intan terbesar di dunia ini, terus berkembang,di tengah-tengah masyarakt internasioinal.

Membandingkan Afrika Selatan dengan Palestina sangatlah paradok. Palestina mengalami proses penjajahan secara permanent, yang sampai hari ini masih terus menderita yang amat luar biasa. Jika Afrika Selatan dibela oleh masyarakat internasional agar mereka bebas dari penjajahan dan perbudakan penjajah kulit putih, sebaliknya rakyat Palestina rasanya dibiarkan, tidak ada yang membela secara sungguh-sungguh, dan kesannya mendukung langkah-langkah yang dilakukan rejim Zionis-Israel dan negara-negara Barat, yang menyudutkan mereka sebagai kelompok teroris. Padahal, setiap hari yang mati adalah rakyat Palestina, yang dibunuh oleh tentara Zionis-Israel. Tapi, mengapa yang dituduh melakukan tindak kekerasan adalah rakyat Palestina? Berapa banyak jumlah rakyat Palestina yang telah dibunuah oleh rejim Zionis-Israel,sejak lahirnya negara Zionis itu?

Para pemimpin Palestina telah mengikuti kehendak masyarakat internasional, bahkan keinginan Israel, tapi sampai hari ini, tak ada aspirasi rakyat Palestina, yang mendapatkan tanggapan yang positip dari masyarakat internasioal dan Israel. Ketika, Presiden Palestina, Yaser Arafat, melalui perjanjian Oslo, tahun l992, di mana Arafat bersedia mengubah seluruh strategi perjuangannya, seperti mengakui Israel, dan mengakhiri perjuangan bersenjata, dan mengganti  dengan perjuangan politik. Tapi, semua itu berakhir dengan matinya Arafat yang diracun Israel. Sampai hari terakhir kepemiminan Arafat, tak ada tanda-tanda negara Palestina terwujud. Justru semakin jauh, dari keinginan rakyat Palestina. Dan, rejim Zionis-Israel, semakin agresif,melakukan invasi militer ke wilayah Palestina, yang bertujuan menghancurkan basis-basis perjuangan rakyat Palestina.

Ketika, kelompok Hamas, berhasil mengalahkan al-Fatah di Palestina,melalui sebuah proses demokrasi, pemilu, yang harus merelakan al-Fatah, menyerahkan kekuasaan kepada Hamas, justru masyarakat internasional yang didorong Zionis-Israel, mengucilkan rakyat Palestina. Tindakan yang sangat tidak adil, dan sangat meyakitkan bagi rakyat Palestina.Di mana rakyat Palestina, yang sudah mengikuti kehendak masyarakat internasional, justru sekarang ini dikucilkan, diembargo secara total. Tentu,yang paling menyakitkan Hamas dituduh kelompok teroris, padahal, yang lebih banyak membunuh adalah Zionis-Israel terhadap rakyat Palestina.

Proses politik masyarakat internasional yang dibelakangnya adalah Zionis-Israel, terus memojokkan Hamas dan rakyat Palestina. Apalagi, sesudah Hamas mengambil alih seluruh Gaza dari al-Fatah, tekanan yang lebih hebat dilakukan. Bagaimana rakyat Palestina sekarang ini, hanya mengandalkan hidupnya melalui torowongan yang dibangun, agar mendapatkan akses keluar? Tentu, yang lebih dahsyat lagi, torowongan yang digali itu dihancurkan oleh Israel dan Mesir. Dan, negara-negara tetangganya seperti Mesir dan Yordan, tak mau membantu Hamas, dan justru menyudutkannya. Negara-negara Arab justru  dijadikan alat oleh Israel untuk mengeleminir Hamas sebagai kekukatan politik di Palestina, dan menaikakan kelompok al-Fatah yang sudah lumpuh secara politiik dan militer.

Mereka ingin melucuti kekuatan Hamas, yang merupakan kekuatan perjuangan rakyat Palestina yang riil dan mandiri, yang tidak didekte oleh kepentingan manapun, khususnya dalam memperjuangkan terwujudnya negara Palestina yang merdeka. Berbagai upaya yang sudah dilakukan berbagai negara, seperti Mesir,Saudi, termasuk usaha-usaha yang dilakukan melalui berbagi konfrensi, tak menunjukkan upaya-upaya yang konkrit, membela rakyat Palestina, yang sekarang diembargo oleh Zionis-Israel. Justru, usaha-usaha yang dilakukan berbagai organisasi termasuk berbagai negara, justru ingin memposisikan pemimpin al-Fatah,Presiden Mahmud Abbas, yang sudah kehilangan kredibilitasnya, sebagai tokoh utama dalam perjuangan Palestina.  Mahmud Abbas adalah tokoh  yang  mendapatkan kepercayaan, dan menjadi boneka  Zionis-Israel, Amerika, dan negara-negara Arab.

Mestinya, seluruh kekuatan dunia sekarang ini, secara bersama-sama membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan dan perbudakan oleh Zionis-Israel.  Afrika Selatan dapat mendapatkan kemerdekaan. Mengapa masyarakat internasional membiarkan Zionis-Israel terus menerus secara permanent menjajah dan memperbudak rakyat Palestina? Wallahu ‘alam.