Rating dan Uang Lebih Laku Dibanding Kebenaran

Fungsi media massa seharusnya memberitakan berita-berita  kebenaran terbaru yang disuguhkan kepada penonton. Disisi lain dalam meningkatkan kompetensi dan persaingan dalam media pemberitaan dibutuhkan pemasukan untuk media massa. Sebagaimana di ketahui, iklan adalah sumber pemasukan terbesar dalam bisnis di dunia media massa.

 

Kembali ke masa Kemenangan-kemenangan dan kejayaan perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. menegakkan masyarakat Islam di Madinah, adalah tegak di atas kesetia­an sahabat-sahabatnya dan kebencian musuh-musuhnya. Orang besar selalu diuji oleh pujaan dan celaan. Di samping orang-orang sebagai Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khathab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib yang menyediakan jiwa-raganya dan harta benda biar sama hilang sama timbul dengan Nabi, ada juga musuh-musuh besar yang dalam memusuhi itu pun mereka “besar” pula.

 

Musuh demikian dihadapi Nabi ketika beliau di Makkah, di antaranya ialah Abu Jahal yang terkenal menentang Nabi terang-terangan secara jantan. Tetapi setelah Nabi s.a.w. pindah ke Madinah, dan masyarakat Islam mulai berdiri, beliau menghadapi musuh yang bukan satria, orang ber­jiwa kecil yang hanya berani membuat fitnah, menghasut, menggunjing, ber­bicara di belakang, sedang pada lahirnya dia bermulut manis menyatakan setuju. Dan apabila ada jalan buat memasukkan jarum dengki dan bencinya, dimulainyalah memainkan jarum itu, walaupun di balik pembelakangan. Itulah yang dinamai golongan munafiqin yang dipimpin oleh seorang yang mengaku kawan padahal lawan, yaitu Abdullah bin Ubay.

Kalau ada musuh hendak melawan Islam, dibantunya dari belakang secara diam-diam tetapi kalau musuh itu sudah dapat dikalahkan oleh Nabi, dia pun mencuci tangan dan musuh yang kalah itu ditinggalkannya, dan dia pergi mengambil muka kepada Muslimin yang menang. Kalau dia menampak agak sedikit pintu hasutan, untuk memecahkan front Muslimin di antara Muhajirin dengan Anshar, dilaluinyalah lobang yang kecil itu, sehingga kalau kurang hati-hati pimpinan, pesatuan Islam bisa pecah berantakan. Tetapi Nabi s.a.w. dan sahabat-sahabatnya tetap waspada, sehingga segala usahanya tetap tidak pemah berhasil.

 

Kita mungkin bisa merasakan betapa kecewa dan marahnya umat Islam ketika mengetahui berita saudaranya di Rohingya, Suriah,  Palestina dan umat islam diseluruh dunia mendapati berita yang tidak sesuai fakta keadaan mereka sebenarnya. Contoh yang terjadi pada kasus Sampang yang terlibat langsung konflik dengan aliran sesat Syiah ketika itu, melihat pemberitaan-pemberitaan media massa pada saat itu ternyata tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Para wartawan media massa datang bertanya tentang kronologis konflik sampang tersebut, namun kemudian yang  diberitakan justru sebaliknya menyimpang jauh dari arah pemberitaan yang seharusnya. Bagaimana mungkin bisa terjadi, konflik yang jelas-jelas dipicu dari ulah sekte Syiah sesat, direkayasa jauh melenceng merujuk ke topik asmara sepasang kekasih, Wanita dan cinta segitiga.

 

Memang saat ini berita-berita yang memuat kebenaran tidak lebih laku daripada berita-berita lainnya yang lebih bisa mendatangkan rating yang tinggi dan uang besar. Memang sudah dibuktikan bahwa tema-tema asmara, rebutan wanita, perselingkuhan atau cinta segitiga memang lebih lebih diminati oleh kebanyakan orang. Itu sebabbya infotainment dapat tumbuh subuh di negeri ini mengalahkan acara-acara pengajian. Meski telah difatwa haram oleh para ulama pun tidak mengurangi signifikansi jumlah penonton infotainment.

 

Media massa itu tidak terlalu ambil pusing apakah syiah itu sesat atau tidak. Mereka juga tidak terlalu peduli mana yang benar diantara kedua pihak konflik tersebut, apakah sunni atau syiah. Mereka juga tidak tertarik untuk mencari tahu kebenaran yang dipegang orang-orang macam Abu Bakar Baasyir atau Imam Samudra dkk, apakah mereka benar-benar bersalah atau tidak. Yang mereka paham adalah mereka adalah objek berita. Yang bisa mendatangkan uang dan rating yang tinggi. Semakin krusial permasalahan itu diangkat maka semakin banyak diminati para pemirsa. Mereka tidak peduli, semakin menyebalkan media mencitrakan orang-orang shaleh itu, maka semakin banyak orang yang benci kepada mereka tanpa tahu dimana letak kesalahan dan dimana letak kebenaran yang sebenarnya terjadi. Nggak peduli baik buruk yang penting rating naik!

 

Bagi kita di zaman moden hal ini pun menjadi perbandingan pula. Kita menegakkan demokrasi , kebebasan menyatakan perasaan dan fikiran. Tetapi demokrasi yang menjamin keselamatan dunia adalah demokrasi yang timbul dari budi luhur. Hasad, dengki, benci dan dendam yang ada dalam batin yang kotor, bisa juga memakai alasan “demokrasi” untuk melepaskan hawanafsu bencinya menyinggung kehormatan seseorang. Maka penguasa pun berhak membungkam kebenaran dengan hawa nafsunya karena ada kepentingan pribadinya.

 

“Seketika kamu sambut berita itu dengan lidahmu, dan kamu katakan dengan mulutmu, perkara yang sebenarnya tidak kamu ketahui kedudukannya, dan kamu sangka bahwa itu perkara kecil, padahal di sisi Allah dia perkara besar.” (An-Nur : ayat 15).
Orang yang beriman, lidahnya berbicara dengan penuh tanggungjawab. Dia mempunyai kepercayaan bahwa pendengaran, penglihatan dan hati sanu­bari, semuanya akan bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Semua perbuatan dan perkataannya tercatat oleh kedua Malaikat, Raqib dan ‘Atid.

 

“Mengapa ketika kamu menerima berita itu tidak kamu katakan saja: “Tiada sepatutnya bagi kami akan turut memperkatakan hal itu. Amat Suci Engkau Tuhan, ini adalah suatu kebohongan besar.” (An-Nur : ayat 16)

 

Contoh kasus pada pekan lalu Banyak stasiun TV swasta di Indonesia yang memfitnah organisasi islam tiba-tiba membuat liputan khusus tentang Kepedulian Palestina. Stasiun TV itu menceritakan secara detail sekali bagaimana kondisi awal Palestina dari awal penjajahan Israel hingga saat ini. Kondisi Ini sangat merusak cara pandang para penonton untuk menentukan sikap yang benar. Sehingga antara Haq dan Batil bercampur baur. Sangat dirasakan sekali keberpihakan stasiun TV swasta itu kepada perjuangan Palestina. TV yang sebelumnya memfitnah dakwah Islam di Masjid, organisasi islam sebagai tumbuhnya terorisme, namun saat ini mereka memberitakan Palestina sedemikian baiknya.

Yang mereka lakukan itu semuanya demi rating! Mereka menayangkan liputan khusus tentang Palestina karena disaat yang sama ada puluhan bahkan ratusan ribu orang di negeri ini sedang membicarakan isu tentang Palestina. Semua orang bersimpati. Maka menayangkan isu Palestina ‘sebaik’ itu bukan karena ingin memberitakan kebenaran (Al-haq). Tapi bisa dipastikan sebabnya karena ratingnya sedang tinggi!

 

“Tuhan memberi pengajaran bagi kamu, supaya jangan mengulangi lagi perbuatan seperti itu buat selama-selamanya. Kalau betul kamu mengakui ber­iman. ” (ayat 17).

 

Cukuplah hal yang sekali ini buat menjadi pengalaman bagi kita. Jangan­lah terulang lagi yang kedua kali dan yang seterusnya. Karena perbuatan begini tidak mungkin timbul dari orang yang beriman, kalau tidak karena bodoh dan tololnya. Orang yang beriman tidaklah akan termakan oleh propokasi. Penyiar kabar nista tidak mungkin orang yang beriman. Penyiar kabar dusta sudah pasti orang yang munafik atau busuk hati, karena maksud yang tertentu, dan yang sanggup menerimanya hanyalah orang yang goyang imannya.

Kita senantiasa wajib waspada, karena kesatuan imanmu tidak mungkin dirusakkan dari luar, tetapi hendak diruntuhkan dari dalam. Kaum munafikin tidak senang hati melihat gemilang jaya Nabi Muhammad dengan perjuangannya. Segala persekongkolan diciptakan untuk menentang Nabi telah mereka upayakan. Semuanya gagal. Dan Jalan satu-satunya buat melepaskan sakit hati ialah mengganggu perasaannya. Semoga Allah Subhana WaTa’ala senantiasa menjaga niat kita agar  selalu istiqomah dijalanNYA. (DYP)