Tepatilah Janji

Ilustrasi

Ingat ketika Allah SWT bersumpah dengan para malaikatNya yang membagi-bagi urusan ? Dengan itu, sesungguhnya apa yang dijanjikan pasti benar. Allah SWT menciptakan Adam alaihis salam kemudian memilihnya, memberikan ampunan serta petunjuk kepadanya. Sampai manusia dalam pengembanan akan tugas ibadah.

Namun, dalam hal ini manusia selalu saja berselisih pendapat, dan memang begitulah mereka. Maka barangsiapa yang mengikuti para rasul dan kitab-kitab yang dibawanya, beruntunglah. sedangkan kutukan, bagi mereka yang banyak berdusta. mereka terbenam dalam kebodohan hingga mereka menjadi lalai.

Ibadah, ya janji itu adalah ibadah. sebagaimana fitrah manusia selaku hamba nan teramat lelah. Hamba seharusnya bersungguh-sungguh menyerahkan penghambaannya kepada yang Maha Perkasa. Inilah yang diemban manusia, amanat ibadah. Amanat yang langit, bumi, dan gunung-gunung pun tak bersedia memikulnya. Amanat yang pengertiannya disipulkan oleh Al Imam Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi adalah tugas, perintah-perintah, dan larangan-larangan. Sekali lagi, inilah apa yang ada dipundak-pundak umat manusia (bagi mereka yang merasa dirinya adalah manusia).

Beribadah menjadi tugas manusia sejak awal berada dibumi. Perjanjian yang terbungkus dalam paket pesan Allah SWT ketika didepan gerbang surga. Akan datang petunjukNya sesampainya manusia dibumi, menjanjikan ganjaran yang baik untuk mereka yang mengikuti petunjuk itu dan janji hukuman untuk mereka yang menolaknya. Inilah tujuan manusia sesungguhnya. Petunujuk Allah SWT itu ibadah. melaksanakan tugas sebaik-baiknya, menjadi hamba yang amanah, dan berhati-hati jangan sampai menjadi hamba yang hina lagi dicela. Sadarilah..

Merasakan kesadaran bersemayam di dalam jiwa, memanfaatkannya untuk merenung memperbaiki diri, dan mengungkapkan berbagai penyesalan. Biarkan lisan mengutuk batin atas semua waktu yang tersia-siakan, kemudian katakan, tetapkan kesadaran ini lestari selamanya di dalam jiwa. Seorang hamba sudah terlalu sibuk dengan urusan dunia, butuh waktu lama bisa mengasingkan diri berdua dengan Rabbnya, perbuatan-perbuatan yang dilakukannya hanya menjadikan petaka bagi dirinya.

Mengandalkan usaha semata tanpa berhubungan dengan Yang Maha Kuasa adalah tindakan yang keliru. Yang diperintahkan agama adalah berusaha dan tetap menjaga hati selalu terhubung dengan Yang Maha Menetapkan segala sesuatu. Semua kabut kebodohan hanya akan sirna dengan hadirnya ilmu. Begitu juga dengan ibadah, ia akan sia-sia bila tak didasari ilmu tentangnya, saudaraku.

Allah berfirman :

الَّذِينَهُمْفِيغَمْرَةٍسَاهُونَ

(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai,”(Adz-Dzaariyat : 11)

Mereka yang lalai, yang senang berada dalam kebodohan tentang agamanya mendapat ancaman. Akan dikatakan kepada mereka ” Rasakanlah adzab itu, inilah adzab yang dahulu kalian minta segerakan.” oh.. jangan! Berlepas dirilah kalian, memohonlah terus perlindungan, niscaya Allah SWT kabulkan.

beribadah kepada Allah SWT hanya membutuhkan dua syarat. Pertama, niat ikhlas tulus karenaNya, hanya mengharapkan ridho Allah SWT semata. dan yang kedua, kesesuaian syari’at (mutaba’ah), sesuai seutuhnya tanpa membuat penambahan dan perubahan-perubahan sedikitpun.

Ingatlah janji itu. Tambahlah wacana keislaman, berani meninggalkan segala bentuk kelalaian, menguatkan azzam untuk bertahan, meragamkan serta mengistiqomahkan macam-macam peribadatan. Berbuatlah banyak kebaikan, kurangi tidur di waktu malam memohn ampunan, dan menyisihkan harta untuk orang miskin yang meminta atau tak mendapat bagian, akan mengurangi resiko celakanya seseorang dari ancaman, karena memang, bukan Allah SWT yang membutuhkan.

Kita manusialah yang sebaliknya demikian. bahkan Allah SWT tak membutuhkan makan. Sesungguhnya Allah SWT, Dialah yang memiliki kekuatan, ini hanyalah peringatan yang akan terus diserukan.

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz-Dzaariyat : 50) Wallahu a’alam