Hadits tentang Tidak Makan Kecuali Lapar

Assamu ‘alaikum ustadz

Semoga ustadz dan eramuslim diberikan rahmat dan pertolongan Allah selalu.

Saya pernah dengar ada ustadz ceramah tentang cara makannya nabi SAW hingga sehat, yaitu beliau tidak makan kecuali bila telah merasa lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Saya tertarik dengan pembahasan itu, dan mohon ustadz memberikan dalilnya yang lengkap, karena saya lupa dan tidak mencatatnya.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Wassalam,

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Apa yang pernah anda dengar itu memang seringkali dikutip oleh banyak penceramah, terutama di bulan Ramadhan. Seringkali lafadz itu disebutkan di antara hikmah-hikmah puasa adalah dari segi kesehatan badan.

Bahkan tidak jarang juga disampaikan tentang kisah para shahabat yang bertamu ke rumah nabi SAW, di mana para tamu itu mengagumi kesehatan beliau. Mereka pun menanyakan rahasia kesehatan beliau, yang kemudian dijawab dengan lafadz:

Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.

Lafadz ini seringkali diklaim sebagai hadits oleh banyak orang, termasuk penceramah yang anda dengarkan nasehatnya itu.

Pencarian Hadits

Namun sayangnya lafadzyang seringkali dikatakan sebagai hadits nabi ini tidak kita temukan di kitab-kitab hadits yang muktamad, semacam Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An-Nasa’i, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmizy, Sunan Ibnu Majah dan lainnya.

Juga tidak kami dapati di kitab-kitab hadits ahkam semacam Bulughul Maram atau Nailul Authar dan sejenisnya.

Sheikh Nawawi Al-Bantani pernah mengatakan bahwa lafadz ini hanyalah hikmah dan bukan hadits nabi SAW.

Namun keterangan yang lebih rinci kita dapat dari seorang ahli hadits di negeri ini, yaitu Al-Ustadz Prof. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. Beliau menyebutkan bahwa lafadz itu didapatnya tertulis pada salah satu kitab yang disebut dengan Ar-Rahmah fii Ath-Thibb wa Ar-Rahmah karya Al-Imam As-Suyuti (wafat 911 H).

Namun alih-alih sebagai hadits nabi, lafadz itu ternyata hanyalah merupakan perkataan seorang tabib (dokter) dari Sudan, yang tidak ada kaitannya dengan urusan syariah dan agama.

Mungkin sebagai sebuah advis atau nasehat dari seorang dokter, esensi nasehat tersebut ada benarnya, namun kalau dikatakan bahwa lafadz itu merupakan sabda nabi Muhammad SAW, sungguh sangat disayangkan.

Sebab kita tahu bahwa hal itu merupakan sebuah kebohongan serius kepada beliau. Sampai ada hadits yang menyebutkan bahwa orang yang sengaja berdusta tentang nabi Muhammad SAW, maka dia harus menyiapkan tempat duduknya dari api neraka.

Bukan Hadits Tapi Nasehat Dokter

Di dalam kisah itu As-Suyuti menuliskan bahwa ada empat orang dokter ahli berkumpul di hadapan Kisra raja Persia. Masing-masing berasal dari negeri yang berbeda. Yaitu dari Iraq, Romawi, India dan Sudan.

Masing-masing diminta untuk memberikan resep yang paling manjur yang tidak memberikan efek samping. Dokter dari Iraq memberi resep berupa minum air hangat tiga teguk setiap hari begitu bangun tidur. Resep dokter dari Romawi adalah menelan 3 biji rasyad (sejenis sayuran) tiap hari. Resep dokter India adalah menelan 3 biji ihlilaj tiap hari. Ihlilaj adalah sejenis gandum yang tumbuh di India, Afghanistan dan Cina. Giliran dokter dari Sudan, resepnya adalah tidak makan kecuali sudah lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Rupanya resep terakhir inilah yang dianggap paling manjur dan juga diakui oleh ketiga rekannya.

Dalam mengisahkan cerita tentang nasehat dokter dari Sudan ini, Al-Imam As-Suyuthi sama sekali tidak menyebutkan bahwa lafadz ini datang dari Rasulullah SAW. Sehingga kalau sampai banyak penceramah main kutip lafadz ini sehingga akhirnya seolah menjadi hadits nabi, sungguh sangat disayangkan.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.